Battlefield 3 multiplayer review
Hidup adalah memilih, namun untuk memilih dengan baik, Anda harus tahu siapa Anda dan apa yang Anda perjuangkan, ke mana Anda ingin pergi dan mengapa Anda ingin sampai di sana.
Memo of Me
Waktu terbaik untuk berbahagia adalah sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini. Dan cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain
Just About Me
Senyum mampu menyelesaikan banyak masalah, dan diam mampu membuat kita terhindar dari banyak masalah
Thankz for All
Masa-masa terbaik dalam hidup adalah saat kita mampu menyelesaikan masalah sendiri, Masa-masa suram kehidupan adalah saat kita menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi.
Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan
Terima
Kasih,
Kau
Mencintaiku….
Senyum manis tersirat di wajahku ketika
kubuka pintu kamarQ. Kini guratan lelah tak lagi membayangi setiap langkahQ
melihat kasur yang seolah-olah menyapa hangat kepadaku. Pijakan langkahku
terhenti ketika kupalingkan wajahQ dari kasur dan menatap meja belajar lamaQ. Senyum
mengambang tatkala kubaca sampul yang berwarna hijau diantara tumpukan buku
itu. “DiaryQ”, gumanku perlahan.
Malam ini hujan menyatu dengan tirai
kegelapan yang membuatQ segera meringkuk di tempat tidur yang hangat setelah
makan malam dengan keluarga. Mataku tak lepas dari buku dengan sampul berwarna
hijau di meja belajarQ. aQ pun mulai tertarik untuk membaca kembali buku Diary
itu yang bercerita tentang kehidupan masa putih abu-abuQ. Ku buka halaman
pertama yang berjudul “Hari Pertama MOS”, dan perlahan mulai terlintas kembali
kejadian ketika itu.
“Diaaannnnnn,,,,
buruan gih udah jam berapa nih,bisa telat kita?
“Iya chy
sabar,,, orang sabar disayang Allah, hehe
“Masih bisa
ketawa kamu? Ngapaen aja sih kamu thu dari tadi, rempong banget dech.
“Ya aQ masih
make up nih, jadi sabar ya echy cantik….”ucapnya tanpa dosa.
Wah bener-bener
kamu nih, dasar Miss perfect. Untung ya
temen aQ yang model yak kamu nih cuman satu, lok sampai dua aja bisa strez aQ.
Ckckck
“Ahhh gak usah
lebay dech, ayok buruan berangkat!”.
Bingo! Sesuai perkiraanQ kita telat
dihari pertama MOS. Kamipun perlahan menapaki jalan menuju kelas dan ingin
cepat-cepat bergabung dengan teman-teman yang sedang berbaris di depan kelas.
aQ merasa ratusan mata menatap kami, dan seolah-olah mencibir keterlambatan
kami dan aksesori MOS yang belum kami kenakan. Ketika sampai di depan kelas X2
dan X3 kamipun berpisah menuju kelas kami yang kebetulan berbeda setelah 3
tahun satu kelas di SMP. Aku mengira keterlambatan ini hanya akan berlalu
begitu saja ternyata....
Berat
rasanya kakiQ melangkah menuju panggilan kakak kelas yang agaknya mau menghukum
aQ atas keterlamabatanQ. Tak berani kutatap wajah senior-seniorQ yang
terpampang sok galak. (padahal kalau boleh jujur,,,please dech kagak ada
serem-seremnya) tapi tetap saja aQ memilih menyembunyikan wajahQ.
“Kamu mau
ngitung ubin ya?” kata senior sok galak.
“Maaf ka’???
ucapku perlahan. (capa juga yang mau ngitung ubin, u kira kuli pa),” batinQ
“Kamu tau
kesalahan kamu apa?”tanya seniorku.
(Ya iyalah aq
tau, emangnya aQ amnesia apa),” lagi-lagi aQ berguman dalam hati. “I..iya ka’
saya tahu, saya minta maaf,”ucapku memelas yak nak kecil ketauan nyuri mangga.
“Kalau gitu
sebagai hukumannya kamu hitung genteng di setiap kelas”.
“Lho? Bukannya
sekolahan ini kagak ada gentengnya ya, atapnya kan pake’ asbes ka’, ucapku
lugu.
Kali ini aQ mendengar tawa kuntilanak
yang ditahan dari teman-temanQ. Bener-bener kagak ada solidaritasnya ini kelas.
Tapi rasanya menyesal banget dech udah ngejawab perintah dari kakak kelasku.
Alhasil aQ disuruh menghitung ubin dari ujung kelas X3 hingga ujung kelas X1. Dengan
setengah hati akupun mulai berjalan sambil menghitung ubin. Bener-bener hari
pertama yang menyebalkan dech… L
Karena terlalu
konsen menghitung ubin, (wuihh berasa lagi ngitung uang segepok aja) sambil
menunduk akupun tidak menyadari jika ada seseorang yang keluar dari kelas dan…
Brakkkk…
Awww… ,”seruku
“U punya mata
kan? bisa gak sih thu mata berguna sebagaimana fungsinya yaitu buat melihat,
atau itu mata udah pindah ke lutut,”hardiknya.
Sumpah ini cowok nyebelin banget sih,
gayanya selangit, bukannya minta maaf ke’ atau nanyak luka apa gak, malah
marah2 gaje gini, baru juga sama-sama lulus SMP blagunya amit-amit. Kalau bukan
karena aku masih dalam proses menjalani hukuman udah aQ ajak berantem thu
orang. Tapi aku gak mau hari ini berlalu dengan seharian penuh hukuman. Lalu
akupun melanjutkan rutinitasku sebelumnya yakni menghitung ubin, tapi tetap
saja rasa isengku sulit untuk dihindari dan dengan sengaja aQ menginjak kaki
cowok nyebelin itu.
Awww….,
jeritnya”.
“Oooppzz…
Aduhh maaf ya, aQ gak sengaja. Kamu kan bilang mata aQ dilutut, mungkin gak
berfungsi kali ya, nti dech aku beliin kacamata biar gak iseng nginjek
orang,”ucapku lugu seolah-olah tak melakukan apa-apa. Akupun berlari menuju
kelasku dan membiarkan cowok nyebelin itu kesakitan karena keisenganQ.
“Dasar cewek
aneh” gumannya
Aku
sempat mendengar perkataan cowok nyebelin itu, hanya saja aQ memilih untuk
tidak membuat perkara lebih lanjut dengannya, “bisa gak tentram hari-hariQ
nanti,” pikirku. Itulah pertemuan pertamaQ dengan Ferdy, cowo’ nyebelin yang
nantinya jadi sahabatku yang mengisi bait-bait puisi putih abu-abuQ.
….”puing2
ada sms-ada sms”….
Sejenak
lamunanku terhenti ketika ada pesan masuk di HP ku, sekilas kulirik nama orang
yang mengirim sms tersebut. Tiba-tiba saja jantungku berhip-hip hura dengan
riangnya, “aduhh apaan-apaan sihh norak banget dech”.
From: _*Miracle*_
Hei, gie paend ujan2 gni…
Gie ngelamunin aQ ya,,,
Udah dech jujur ja,,, J
Hemmzz emang cowo’ satu ini paling bisa
buat aQ ketawa, dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah, selalu ada aja
hal yang bisa dy lakuin untuk bisa buat
aQ seneng. Uppzz udah cerita panjang kali lebar kali tinggi (berasa ngitung
volume kubus aja), pasti penasaran tu cowo’ siapa. Oke dech aku kenalin, dia
itu Aries Desvian Pratama, dulunya dia sekolah di SMANSA plus dy itu masuk
nominasi 5 cowo’ keren lho disana n’ leader dari band d_AlRieLz yang lumayan
beken sih pada masanya tapi hehe J.
O iya by the way, anyway, and kejebak busway
cowo’ keren yang jadi perbincangan publik ini nih adalah mantanku lho
(banggalah hehhe). Percaya gak percaya pokoknya harus percaya dech awas kalau
gak percaya ( idih maksa nih hehe) dia itu PDKT sama aQ hampir 1 tahun. Wah
niat betul kan??? aQ aja sendiri sampai heran. Came back ke cerita, kata
temen2ku dy adalah cowo’ ideal+perfect, aQ ditembak dia berasa kejatuhan durian
runtuh. (buat analogi ini aQ heran + kagak setuju dech, kalau ketimpa durian
runtuh itu mah bukan berkah lagi tapi musibah, coba aja dibayangin kulit durian
itu kan gak semulus kulitnya Selena Gomes, bahkan jauh lebih mulus kulit sapi
dibelakang rumah aQ, masa iya mw seenaknya runtuh gtu aja ke aQ, kasian kan tu
kulit durian nimpa kepala aQ ehh salah kasian kepala aQ nimpa tu kulit durian
maksudnya, iya kan???)
To be Continued...
Aku Masih Mencintaimu
Kebiasaanku saat masih SMA saat itu adalah membaca buku cerita
atau novel sendirian di taman sekolah, hampir aku lakukan setiap hari. Hingga
datang seorang cowok asing duduk disebelahku yang sedang membaca buku pula, aku
hanya melirik dan dia akhirnya yang angkat bicara.
“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”
“boleh aja, gak ada yang ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu dengan kedatangannya.
“kenalin, aku danar” sembari mengajak berjabat tangan.
“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”
“boleh aja, gak ada yang ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu dengan kedatangannya.
“kenalin, aku danar” sembari mengajak berjabat tangan.
“nia, kamu kelas berapa kok aku belum pernah liat kamu sebelumnya..?” tanyaku mulai mengembangkan senyum, dan ketika aku melihat wajah danar, cukup tampan dan tak jenuh untuk dipandang, manis sekali.
“3 Ipa 2, mungkin kamu yang nggak pernah mau bergaul dengan kelas lain, sampai-sampai tidak mengenal aku yang hampir 3 tahun sekolah disini”
“ya maaf, aku kurang suka aja, abisnya mereka gak sebanding sama aku, aku kan gak suka jalan-jalan, sedangkan mereka semua anak orang kaya yang suka jalan-jalan, ngabisin uang orang tuanya”
“nggak juga, ada yang nggak kok. Oh iya, aku perhatiin kamu sering banget kesini duduk sendiri, emang nggak pengen ditemenin ya..??”
“hobi sendiri, udah dulu ya, mau kekelas” sergahku cepat karena aku melihat sepasang mata yang sedang memperhatikanku dengan danar. Aku segera lari kekelas karena takut dicegah atau dicegat oleh danar ataupun oleh cewek itu.
Sejak kejadian itu, aku tak pernah berhenti memikirkan danar, terlebih sekarang sudah mulai dekat. Dimulai sms’n dan telfonan. ‘apa artinya ini, jangan sampek aku suka sama cowok yang udah punya cewek’, pikirku.
“hayyo.. ngelamun aja, mikirin danar ya..??” ledek sahabat dekatku.
“iya des, kenapa ya..??”
“ye… itu mah tanda-tanda jatuh cinta”
“sok tahu ah”
“iya, siapa juga yang sok tahu, aku juga pernah ngerasain kok, tapi aku saranin ati-ati aja sama dian”
“dian..? cewek yang selalu merhatiin aku itu maksud kamu..?”
“ya iyalah, kamu ini belum tahu ya ternyata, sekarang aku tanya, cowok paling keren, baik hati, tampan, trus gak sombong, sampek2 di jadiin favorit itu siapa coba..?”
“gak tahu lah.. emang siapa?”
“ya danar, tapi kasian dia, udah dijodohin sama orangtunya buat nikah sama dian, makanya dian sok berkuasa, padahal sifat dian sama danar itu beranding terbalik, dan kabar lagi klok dian itu cewek nggak bener”
“hush… nggak boleh ngatain orang sembarangan lah, nggak baik nyebar fitnah yang nggak2 desi”
“ya udah klok nggak percaya, aku mau makan dulu laper ini”
Aku hanya membalas dengan senyuman saja, senyuman yang sama seperti biasanya, senyuman yang biasa aku lemparkan untuk semua sahabat-sahabatku, termasuk danar. Walaupun aku diam-diam mulai menyayangi danar tapi aku coba untuk memendamnya dan biarkan ditelan oleh waktu, sekalipun gossip antara aku dan danar sudah mulai membengkak, aku akan terima semua, termasuk dian yang sebentar lagi akan mendatangiku (labrak). Oke… aku akan terima semua dan aku jelaskan semua.
Sekolah berakhir untuk hari ini, harus pulang cepet dan beres-beres rumah karena kakakku akan pulang dari bandung. Tapi naas banget, dian dan kawan-kawan udah stand by di gerbang dan aku tahu apa yang akan dia lakukan.
“heh.. cewek blagu, yang suka centil sama cowok orang lain..?” ketus dian.
“kamu panggil aku?” aku masih menunjukkan muka tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.
“ya iyalah, masih nggak ngerasa aja lo” dian sudah siap ingin menampar aku tapi sebelum itu terjadi danar datang dan menghadang dian.
“dian, lo gak usah blagu, jangan mentang2 ortu gw njodohin kita, jangan se enaknya ngatur hidup gw, kita blom sah jadi suami istri, jadi jangan coba-coba ikut campur urusan gw, semua apa yg gw lakuin bukan urusan lo. Ngerti….!!!!”
“tapi kan sayang….” Belum selesai dian berbicara sudah ditinggal danar dan nia.
“kamu nggak apa-apa nia?”
“nggak kok makasih ya..?” niatku ingin menjauh dari danar tapi kalah cepat dengan genggaman tangannya.
“nggak usah kayak gitu nia, aku nggak suka kamu menjauhi aku,, apa kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain..?”
“maksud kamu..?”
“aku sayang sama kamu, aku pengen hidup selamanya sama kamu, bukan sama dian, aku udah tahu semuanya tentang dian, aku nggak mau itu terjadi”
“maaf danar, aku nggak bisa. Kamu udah dijodohin sama orang tuamu, jadi hargai mereka, walaupun aku juga sayang sama kamu, aku akan menjauh dari kamu dan memendam rasa ini” selesai berkata aku berlari dan langsung naek kendaraan umum.
Aku sengaja menjauh dari danar, dan tak pernah kasih kabar untuknya. Sampai kuliah pun aku tak pernah kasih tahu dimana tempatnya.
***
Sekarang,
memang ada rasa nyesel tapi turut berbahagia juga.
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak adit ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak adit ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”
“hem.. bagus deh” aku hanya melempar senyum dan kekamar beres-beres kemudian berangkat ke kampus.
Memang tak terasa wisudaku sudah di ambang pintu, tapi rasanya aku masih ingin meneruskan kuliahku,, ah.. nggak mungkin, mau bayar pakek apa,, sedangkan duit aja nggak punya. Saat duduk sendiri, aku melihat dian kekampusku, ‘mau ngapain dia’ pikirku. Ternyata dian selama ini satu kampus denganku, kenapa aku tak pernah menyadari itu ya..?
Aku sudah wisuda, dan sebentar lagi bekerja, tapi kakakku tak kunjung menikah malah mau menunggu aku yang menikah duluan, aneh banget lah. Dan tak terasa pula hari pernikahan danar dengan dian telah tiba , aku terpaksa menghadirinya karena bujukan kak adit, kakakku sendiri. Akad nikah pun akan dilaksanakan, tapi sial mungkin saat menyebut nama mempelai wanita bukan menyebut nama dian, tetapi menyebut namaku. Aku bingung, kenapa jadi begini dan tak bisa berkutik sama sekali, hal itu pun terulang 3 kali sampai akhirnya orang tua danar bertanya kepada danar.
“danar, jangan bikin malu papa”
“siapa yang bikin malu papa, danar nggak bisa nyebutin nama dia, danar Cuma pengen sama nia pa”
“siapa nia..?”
“nia itu, dia” danar menunjuk aku dan semua mata tertuju padaku, aku tak tahan dibeginikan, akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat ini. Tapi kalah cepat lagi dengan danar..
“pliss nia, jangan menjauh dari aku, aku sayang banget sama kamu, aku Cuma pengen nikah sama kamu.” Tanpa memberiku kesempatan berbicara, aku diajak untuk duduk bersebelahan dengan danar. Aku hanya diam saja sekalipun dinikahkan dengan danar, yang bisa aku lakukan hanya menangis bahagia.
“danar, makasih ya, kamu masih menyimpan rasa cinta dan sayangmu untukku”
Danar tersenyum “rasa cinta dan sayangku tak akan pernah terganti oleh siapa pun nia”
Air mata dan senyuman bahagia selalu berkembang dan merekar indah…
TAMAT
Kado Terindah Untuk Izy
Setelah mendengar
penjelasan dari dokter Ridwan mengenai hasil lab kesehatanku, akupun melangkah
menyusuri koridor RS Harapan. Terasa semua beban beralih ke setiap langkahku
yang terasa berat untuk menapaki jalan ini. Duniaku bagaikan berputar 180°, aku
berpikir bahwa mungkin untuk detik ini dan selanjutnya setiap senyum ceriaku
akan berubah dengan rintikan air mata. “Kenapa harus aku? Itulah pertanyaan
yang pertama muncul memenuhi pikiranku. Tetap ku tapaki koridor rumah sakit
dengan pandangan kosong, hingga tanpa kusadari....
“Brakkk,,
Tanpa melihat
korban yang aku tabrak, akupun mengumpulan kertas-kertasku yang berhamburan dan
beranjak kembali meninggalkan korban tak bersalahku hari ini. Sempat aku
mendengar suara yang meneriakkan warna seragamku, akan tetapi tetap saja aku
diam tanpa menoleh. Sepertinya perasaanku mendominasi sistem kerja otakku yang
membuat aku seperti zombi yang berjalan tanpa tujuan. Kini kenangan-kenangan
ceria masa putih abu-abu selama hampir dua tahun ini mulai membayang di
benakku.
“Dasar cewek
aneh, bukannya minta maaf malah pergi begitu aja, padahal gua cuman mau
ngembaliin kertasnya yang terjatuh,” guman lelaki itu yang masih berdiri di
koridor RS Harapan.
“hemmzzz ternyata
keren juga puisi buatan dia,,,ya gua anggap ini sebagai balasan karena udah
nabrak gua tanpa bilang maaf,” sergahnya. Kemudian laki-laki itupun beranjak
menuju ruangan yang baru saja aku tinggalkan.
~♥♥♥~
“Izyyyyyy.....
teriakan itu berasa memekakkan telingaku, yang anehnya sudah tertutup oleh
headphone tapi tetap saja jeritan sahabatku mampu menembusnya. Ckckck
“Hussstttt, bisa
diem gak sih, gue iket ntar mulut comel loe, , gerutuku sambil memanjat pagar
sekolah.
“Izy jahat, kan
Ivy cuman berniat baik biar izy gak kena hukuman lagi dari pak Doraemon....”
ucap sahabatku.
“Aduh comel...
dengan loe teriak kayak gini pasti bukan hanya pak Doraemon yang tau gue bolos,
tapi satu sekolahan bakalan tau.. hufftttt,” ucapku tanpa mempedulikan niat
baik sahabatku.
Dan tepat seperti yang aku duga, tidak
jauh dari lokasi kejadian Pak Prapto alias Pak Doraemon menatapku dengan
tatapan “Awas kali ini kamu tidak bisa lari dari hukuman”...
“Lizy Amanda ikut
keruangan Bapak sekarang!”, ucap Pak Prapto tegas.
Setelah mendapat
kuliah tata krama yang sumpah ngebosenin banget, akhirnya Pak Prapto memvonisku
bersalah tanpa mendengar pembelaanku dan menjatuhkan hukuman membereskan
buku-buku di perpus, tempat yang bahkan aku lupa dimana tepatnya ruangan itu
dibangun. Walaupun aku salah satu siswi olimpiade debat English, tapi tak
pernah sekalipun aku menginjakkan kakiku keperpus sekolah.
Kemudian dengan
ditemani Ivy sahabatku, yang sepertinya merasa bersalah dengan membiarkan mulut
comelnya tetap eksis dimana-mana kamipun menuju tempat hukumanku di
jatuhkan...(berasa jadi NaPi ja dech...ckckck). Tepat didepan kelas XII IPA 1,
tiba-tiba langkahku tertahan melihat Kak Raka yang sedang memberikan penjelasan
dalam forum diskusi.
“Ya ampun tuh
orang keren banget sih”, ucap Ivy sambil menatap orang yang berjalan ke perpus.
“Ya eyalah emang
kak Raka dari dulu juga keren kali, tanpa loe bilang gue udah tau,” ucapku
tanpa tau siapa yang dimaksud Ivy.
“Hah??? Kak
Raka??? Aku gak lagi ngomongin dia kali neng...”kata Ivy sambil menatap ke arah
perpus.
Trus??? Siapa
donk yang lebih keren dari kak Raka di sekolah ini?” tanyaku penasaran.
Sebelum pertanyaanku terjawab
tiba-tiba terasa hawa dingin menyelimuti kami, belum sempat kami menolaeh
kebelakang suara menggelegar itu menyambar....
“Izyyy.... disini
bukan perpustakaan, apa perlu bapak antarkan ke depan perpustakaan,”kata Pak
Doraemon sok galak padahal tampangnya bulet kayak Doraemon, hehhe.
Sekejap seluruh
penghuni XII IPA 1 menatap keluar jendela. Satu hal yang pengen aku lakuin
sekarang adalah lenyap dari muka bumi ini, atau menjual muka ini dan menggantinya
dengan yang baru untuk nutupin rasa malu ini. Tanpa mendengar komando lagi aku
dan Ivy lari meninggalkan Pak Doraemon yang diam tanpa kata. Sekilas aku
melihat kak Raka tersenyum kepadaku. Untuk senyumnya kali ini aku punya dua
hipotesis. Yang pertama dia
senyum karena senang melihatku dan yang kedua karena aku dibentak ama Pak
Doraemon. Anggapnya argumen yang pertama yang benar, biar lebih romantis gitu. J
Setelah selesai
merapikan buku-buku diperpus, aku dan Ivy bersandar disebuah rak buku dengan
menatap kearah yang sama yaitu seorang cowok yang sedang mendengarkan headphone
dengan bertumpuk-tumpuk buku di hadapannya. Bilang dibilang kita menatap kearah
yang sama akan tetapi, apa yang ada dipikiranku jelas berbeda dengan apa yang
Ivy pikirkan sekarang. Menurut perkiraanku dia pasti memikirkan bagaimana cara
cowok itu bisa jadi pacarnya. Tapi kalau gue mikirin busyet dech tuh cowok
ngambil bukunya banyak beuuudd, awas aja kalau gak dibalikin, hufftttt.
Beberapa saat
kemudian cowok itupun beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan perpus,
dengan spontan akupun memenggilnya....
“Heeiiiii, kalau
minjem buku dibalikin dong, loe kira gue ini babu loe apa, mana banyak pula?
Bentakku tanpa menyadari tatapan tajam dengan isyarat “Berisik bisa diem gak
sih” dari siswa-siswi yang sedang membaca di perpus.
“Truz masalah
buat gue,”kata cowok itu sambil pergi begitu saja meninggalkanku dengan
terpaku.
Belum sempat aku
meneriakkan kata-kata kepada cowok menyebalkan itu, dengan jurus telapak lima
Ivy membungkam mulutku dan menginjak kakiku. Akhirnya terpaksa kamipun kembali
membereskan buku-buku karena mendapat isyarat mata killer dari Bu Emi penjaga
perpus.
“Huffttt, sial
banget sih gue hari ini, udah gak jadi cabut malah dapat hukuman ditambah pula
ketemu cowok sinting nyebelin lagi, sebenarnya tuh orang siapa sih, kayaknya
gue gak pernah liat?,”ucapku sambil minum jus di kantin.
“Mungkin anak
bari zy, soalnya kalau cowok ganteng kayak gitu dalam radius berapa mil pun Ivy
pasti tau,”ucap Ivy tanpa menghiraukan rasa jengkelku kepada cowok itu.
“Ganteng
darimana? Nyebelin nah iya, masih gantengan juga kak Raka.
“heemmzz...Dimata
Izy mah cuman ada kak Raka, suka tapi gak berani bilang, padahal ya menurut
Ivy, Izy tuch cantik, pinter banyak yang suka, ya cuman agak bandel juga sih
tapi kenapa cuman beraninya jadi secret admirer doang, gak ada kemajuan tau
gak”, kata Ivy menindir tepat sasaran.
Belum sempat aku memberikan argumen,
bel yang aku rindukan daritadi akhirnya berbunyi.
“oya gue cabut
dulu ya,,,ucapku lega karena berhasil menghindar dari sindiran sahabatku.
“Zyyyy,,,
tunggu,”teriak Ivy.
“kenapa lagi?
“Siapa yang bayar
ini semua, Ivy kan gak bawa dompet,,, hehehhe,”ucapnya tanpa dosa.
“Dasar gak mau
rugi,”ucapku sambil menuju kasir dan meninggalkan sekolah.
Setibanya di depan rumah, tampak
sebuah mobil mewah yang mungkin rekan bisnis papa. Setelah mengucapkan salam
akupun segera menuju kamarku dilantai dua karena tidak ingin mengganggu
pertemuan penting papa dan mama dengan rekan bisnisnya, akan tetapi tiba-tiba
mama memanggilku...
“Izy, ada yang
ingin mama kenalin ama kamu, dia temen masa kecil kamu yang tinggal di Bogor,
anaknya Om Ilham dan Tante Ana, kamu masih inget kan?,”kata mama sambil
mengajakku keruang keluarga.
“iya ma,”jawabku
ragu. Karena sejujurnya aku tidak ingat siapa yang mama maksud. Setelah melihat
om dan tante aku baru ingat bahwa yang dimaksud adalah Arie. Akan tetapi dimana
dia? Belum sempat pertanyaanku terjawab, dari belakangku ada yang memanggil
namaku.
“Hai Zyyy,” sapa
cowok itu sambil memegang surat yang entah berapa umurnya tepat disampingnya
ada abangku yang termasuk dalam daftar kriminal dalam duniaku.
Itu kan.....???
Dan Loe itu.....
???
To be
continued...
Langganan:
Postingan (Atom)