Love Story



Kado Terindah Untuk Izy

Setelah mendengar penjelasan dari dokter Ridwan mengenai hasil lab kesehatanku, akupun melangkah menyusuri koridor RS Harapan. Terasa semua beban beralih ke setiap langkahku yang terasa berat untuk menapaki jalan ini. Duniaku bagaikan berputar 180°, aku berpikir bahwa mungkin untuk detik ini dan selanjutnya setiap senyum ceriaku akan berubah dengan rintikan air mata. “Kenapa harus aku? Itulah pertanyaan yang pertama muncul memenuhi pikiranku. Tetap ku tapaki koridor rumah sakit dengan pandangan kosong, hingga tanpa kusadari....
“Brakkk,,
Tanpa melihat korban yang aku tabrak, akupun mengumpulan kertas-kertasku yang berhamburan dan beranjak kembali meninggalkan korban tak bersalahku hari ini. Sempat aku mendengar suara yang meneriakkan warna seragamku, akan tetapi tetap saja aku diam tanpa menoleh. Sepertinya perasaanku mendominasi sistem kerja otakku yang membuat aku seperti zombi yang berjalan tanpa tujuan. Kini kenangan-kenangan ceria masa putih abu-abu selama hampir dua tahun ini mulai membayang di benakku.
“Dasar cewek aneh, bukannya minta maaf malah pergi begitu aja, padahal gua cuman mau ngembaliin kertasnya yang terjatuh,” guman lelaki itu yang masih berdiri di koridor RS Harapan.
“hemmzzz ternyata keren juga puisi buatan dia,,,ya gua anggap ini sebagai balasan karena udah nabrak gua tanpa bilang maaf,” sergahnya. Kemudian laki-laki itupun beranjak menuju ruangan yang baru saja aku tinggalkan.
~♥♥♥~
“Izyyyyyy..... teriakan itu berasa memekakkan telingaku, yang anehnya sudah tertutup oleh headphone tapi tetap saja jeritan sahabatku mampu menembusnya. Ckckck
“Hussstttt, bisa diem gak sih, gue iket ntar mulut comel loe, , gerutuku sambil memanjat pagar sekolah.
“Izy jahat, kan Ivy cuman berniat baik biar izy gak kena hukuman lagi dari pak Doraemon....” ucap sahabatku.
“Aduh comel... dengan loe teriak kayak gini pasti bukan hanya pak Doraemon yang tau gue bolos, tapi satu sekolahan bakalan tau.. hufftttt,” ucapku tanpa mempedulikan niat baik sahabatku.
          Dan tepat seperti yang aku duga, tidak jauh dari lokasi kejadian Pak Prapto alias Pak Doraemon menatapku dengan tatapan “Awas kali ini kamu tidak bisa lari dari hukuman”...
“Lizy Amanda ikut keruangan Bapak sekarang!”, ucap Pak Prapto tegas.
Setelah mendapat kuliah tata krama yang sumpah ngebosenin banget, akhirnya Pak Prapto memvonisku bersalah tanpa mendengar pembelaanku dan menjatuhkan hukuman membereskan buku-buku di perpus, tempat yang bahkan aku lupa dimana tepatnya ruangan itu dibangun. Walaupun aku salah satu siswi olimpiade debat English, tapi tak pernah sekalipun aku menginjakkan kakiku keperpus sekolah.
Kemudian dengan ditemani Ivy sahabatku, yang sepertinya merasa bersalah dengan membiarkan mulut comelnya tetap eksis dimana-mana kamipun menuju tempat hukumanku di jatuhkan...(berasa jadi NaPi ja dech...ckckck). Tepat didepan kelas XII IPA 1, tiba-tiba langkahku tertahan melihat Kak Raka yang sedang memberikan penjelasan dalam forum diskusi.
“Ya ampun tuh orang keren banget sih”, ucap Ivy sambil menatap orang yang berjalan ke perpus.
“Ya eyalah emang kak Raka dari dulu juga keren kali, tanpa loe bilang gue udah tau,” ucapku tanpa tau siapa yang dimaksud Ivy.
“Hah??? Kak Raka??? Aku gak lagi ngomongin dia kali neng...”kata Ivy sambil menatap ke arah perpus.
Trus??? Siapa donk yang lebih keren dari kak Raka di sekolah ini?” tanyaku penasaran.
          Sebelum pertanyaanku terjawab tiba-tiba terasa hawa dingin menyelimuti kami, belum sempat kami menolaeh kebelakang suara menggelegar itu menyambar....
“Izyyy.... disini bukan perpustakaan, apa perlu bapak antarkan ke depan perpustakaan,”kata Pak Doraemon sok galak padahal tampangnya bulet kayak Doraemon, hehhe.
Sekejap seluruh penghuni XII IPA 1 menatap keluar jendela. Satu hal yang pengen aku lakuin sekarang adalah lenyap dari muka bumi ini,  atau menjual muka ini dan menggantinya dengan yang baru untuk nutupin rasa malu ini. Tanpa mendengar komando lagi aku dan Ivy lari meninggalkan Pak Doraemon yang diam tanpa kata. Sekilas aku melihat kak Raka tersenyum kepadaku. Untuk senyumnya kali ini aku punya dua hipotesis. Yang pertama  dia senyum karena senang melihatku dan yang kedua karena aku dibentak ama Pak Doraemon. Anggapnya argumen yang pertama yang benar, biar lebih romantis gitu. J
Setelah selesai merapikan buku-buku diperpus, aku dan Ivy bersandar disebuah rak buku dengan menatap kearah yang sama yaitu seorang cowok yang sedang mendengarkan headphone dengan bertumpuk-tumpuk buku di hadapannya. Bilang dibilang kita menatap kearah yang sama akan tetapi, apa yang ada dipikiranku jelas berbeda dengan apa yang Ivy pikirkan sekarang. Menurut perkiraanku dia pasti memikirkan bagaimana cara cowok itu bisa jadi pacarnya. Tapi kalau gue mikirin busyet dech tuh cowok ngambil bukunya banyak beuuudd, awas aja kalau gak dibalikin, hufftttt.
Beberapa saat kemudian cowok itupun beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan perpus, dengan spontan akupun memenggilnya....
“Heeiiiii, kalau minjem buku dibalikin dong, loe kira gue ini babu loe apa, mana banyak pula? Bentakku tanpa menyadari tatapan tajam dengan isyarat “Berisik bisa diem gak sih” dari siswa-siswi yang sedang membaca di perpus.
“Truz masalah buat gue,”kata cowok itu sambil pergi begitu saja meninggalkanku dengan terpaku.
Belum sempat aku meneriakkan kata-kata kepada cowok menyebalkan itu, dengan jurus telapak lima Ivy membungkam mulutku dan menginjak kakiku. Akhirnya terpaksa kamipun kembali membereskan buku-buku karena mendapat isyarat mata killer dari Bu Emi penjaga perpus.
“Huffttt, sial banget sih gue hari ini, udah gak jadi cabut malah dapat hukuman ditambah pula ketemu cowok sinting nyebelin lagi, sebenarnya tuh orang siapa sih, kayaknya gue gak pernah liat?,”ucapku sambil minum jus di kantin.
“Mungkin anak bari zy, soalnya kalau cowok ganteng kayak gitu dalam radius berapa mil pun Ivy pasti tau,”ucap Ivy tanpa menghiraukan rasa jengkelku kepada cowok itu.
“Ganteng darimana? Nyebelin nah iya, masih gantengan juga kak Raka.
“heemmzz...Dimata Izy mah cuman ada kak Raka, suka tapi gak berani bilang, padahal ya menurut Ivy, Izy tuch cantik, pinter banyak yang suka, ya cuman agak bandel juga sih tapi kenapa cuman beraninya jadi secret admirer doang, gak ada kemajuan tau gak”, kata Ivy menindir tepat sasaran.
          Belum sempat aku memberikan argumen, bel yang aku rindukan daritadi akhirnya berbunyi.
“oya gue cabut dulu ya,,,ucapku lega karena berhasil menghindar dari sindiran sahabatku.
“Zyyyy,,, tunggu,”teriak Ivy.
“kenapa lagi?
“Siapa yang bayar ini semua, Ivy kan gak bawa dompet,,, hehehhe,”ucapnya tanpa dosa.
“Dasar gak mau rugi,”ucapku sambil menuju kasir dan meninggalkan sekolah.
          Setibanya di depan rumah, tampak sebuah mobil mewah yang mungkin rekan bisnis papa. Setelah mengucapkan salam akupun segera menuju kamarku dilantai dua karena tidak ingin mengganggu pertemuan penting papa dan mama dengan rekan bisnisnya, akan tetapi tiba-tiba mama memanggilku...
“Izy, ada yang ingin mama kenalin ama kamu, dia temen masa kecil kamu yang tinggal di Bogor, anaknya Om Ilham dan Tante Ana, kamu masih inget kan?,”kata mama sambil mengajakku keruang keluarga.
“iya ma,”jawabku ragu. Karena sejujurnya aku tidak ingat siapa yang mama maksud. Setelah melihat om dan tante aku baru ingat bahwa yang dimaksud adalah Arie. Akan tetapi dimana dia? Belum sempat pertanyaanku terjawab, dari belakangku ada yang memanggil namaku.
“Hai Zyyy,” sapa cowok itu sambil memegang surat yang entah berapa umurnya tepat disampingnya ada abangku yang termasuk dalam daftar kriminal dalam duniaku.
Itu kan.....???
Dan Loe itu..... ???

To be continued...






0 komentar:

Copyright © 2012 Memo of Me.