Makalah Tafsir Ayat Ekonomi II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat-Ayat Terkait
1. Al-Jatsiyah ayat 13
t¤yur /ä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# $YèÏHsd çm÷ZÏiB 4 ¨bÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy 5Qöqs)Ïj9 crã©3xÿtGt ÇÊÌÈ
Artinya:
“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
a. Tafsir Mufradat
Menurut tafsir Abu Qosim Husain bin Muhamad al-Ashfihaniey kata سخَّر memiliki arti mengarahkan pada tujuan
tertentu dengan paksaan atau bisa juga
memiliki makna sesuatu yang didatangkan untuk
dipergunakan. Maksudnya Anugerah yang
dilimpahkan oleh Allah SWT merupakan sebuah sarana guna
mendapatkan keridhoaan-Nya, salah satu caranya yaitu dengan melakukan
perniagaan (transaksi jual beli yang diperkenankan oleh Syari’) dengan apa yang
didapatnya dari segala
sesuatu yang tersimpan di bumi.
Menurut tafsir Muhammad Teungku Hasbi Ash Shieddieqy kata سخَّر memiliki arti
menundukkan, maksudnya Allah telah menundukkan segala yang ada di langit dan di
bumi untuk kemaslahatan umat. Manusia dengan kekuatan akal dan pikiran yang
diberikan oleh Allah dapatlah memanfaatkan alam untuk mencapai tujuan-tujuannya,
misalnya seperti melakukan berbagai transaksi ekonomi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang ada.[1]
Kata سخَّر yang memiliki arti
menundukkan dipahami
dalam arti semua bagian-bagian alam yang terjangkau dan berjalan atas dasar
satu sistem yang pasti
kait-berkait dan dalam bentuk konsisten. Allah menetapkan hal tersebut dan dari
saat ke saat mengilhami manusia tentang pengetahuan fenomena alam yang dapat
mereka manfaatkan untuk kemaslahatan dan kenyamanan hidup manusia
Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah
SWT telah menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi
agar dengan demikian, manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk
kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal
ini berarti bahwa manusia wajib berusaha mencari faedah dan kegunaan ciptaan
Allah bagi mereka.
b. Kandungan Ayat
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan
tanda-tanda yang menunjuk kepada ketuhanan-Nya dan keesaan-Nya. Di antaranya
adalah menundukkan laut dan segala apa yang berada di langit dan di bumi supaya
kita bisa mengambil manfaatnya untuk kepentingan kemaslahatan umat manusia.
c. Asbabul Nuzul: __
2. Al-Hajj ayat 65
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# t¤y /ä3s9 $¨B Îû ÇÚöF{$# y7ù=àÿø9$#ur ÌøgrB Îû Ìóst7ø9$# ¾ÍnÍöDr'Î/ à7Å¡ôJãur uä!$yJ¡¡9$# br& yìs)s? n?tã ÇÚöF{$# wÎ) ÿ¾ÏmÏRøÎ*Î/ 3 ¨bÎ) ©!$# Ĩ$¨Z9$$Î/ Ô$râäts9 ÒOÏm§ ÇÏÎÈ
Artinya:
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di
bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. dan dia menahan
(benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
a. Tafsir Mufradat
Kata ÚöF{$# Îû $¨B t/ä3s9 t¤y menurut tafsir M. Quraish Shihab,
memiliki arti menundukkan semua yang ada di bumi sesuatu agar dapat
dimanfaatkan, padahal sesuatu itu menurut sifatnya atau keadaannya enggan
tunduk, tanpa penundukkan Allah. Penundukkan itu antara lain melalui pengilhaman manusia tentang
sifat, ciri, bawaan sesuatu, sehingga pada akhirnya ia dapat tunduk dan di
manfaatkan manusia.[2]
Ahmad Mustafa Al-Maraghi menafsirkan ÚöF{$# Îû $¨B t/ä3s9 t¤y yaitu bahwa Allah sesungguhnya telah
menundukkan segala yang ada di muka dan di perut bumi agar manusia memanfaatkan dalam berbagai
kemaslahatan dan kebutuhannya, serta mempergunakannya dalam berbagai urusan
penghidupan yang dikehendakinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di
antara nikmat yang telah diberikan kepada manusia ialah Allah telah menundukkan
dan memudahkan bagi manusia segala yang terkandung di dalam bumi dan segala
yang ada di permukaannya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
dan kehidupan manusia. Manusia diberi pengetahuan dan kemampunan menanamkan dan
menyuburkan tanaman, menggali barang-barang tambang yang beraneka ragam
macamnya.
b. Kandungan Ayat
Dalam ayat ini menerangkan bahwa
Kuasa dan limpahan karunia Allah dapat mengantar siapapun menydari
kebesaran-Nya. Bukan hanya itu, ayat ini juga mnyatakan bahwa Allah memudahkan
manusia untuk memanfaatkan da menggunakan apa yang ada di bumk ykani di daratan
dan juga di lautan, karena sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada umatnya.
c. Asbabul Nuzul: __
3. Al-A’raf ayat 10
ôs)s9ur öNà6»¨Z©3tB Îû ÇÚöF{$# $uZù=yèy_ur öNä3s9 $pkÏù |·Í»yètB 3 WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±s? ÇÊÉÈ
Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan kami adakan
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan, amat sedikitlah
kamu bersyukur.”
a. Tafsir Mufradat
Kata ·Í»yètB menurut tafsir Ahmad Mustafa
Al-Maraghi memiliki arti penghidupan,
maksudnya sesuatu hal yang menyebabkan berlangsungnya penghidupan dan baik
kehidupan manusia maupun binatang,
berupa makanan, minuman dll. Ma’isyah ada dua macam yaitu, 1) hal yang bisa diperoleh
karena sejak semula telah diciptakan oleh Allah seperti buah-buahan, air dll.
2) hal yang terjadi lewat usaha manusia. Dan kedua-duanya hanya bias diperoleh
dengan anugah Allah, penguasaan dari-Nya, dan kemungkinan yang Dia berikan.
Oleh karena itu, semuanya merupakan pemberian nikmat dari Allah, dan hal itulah
yang menyebabkan kita wajib taat kepada Allah SWT.[3]
Kata ·Í»yètB memiliki makna bahwa Allah SWT
menerangkan sebagian dari sekian banyaknya karunia yang telah dianugerahkan
kepada hamba-Nya yaitu bahwa Dia telah menyediakan bumi ini untuk manusia
tinggal dan berdiam di atasnya, bebas berusaha dalam batas-batas yang telah
digariskan Allah SWT dan diberinya perlengkapan kehidupan. Kemudian
disempurnakan-Nya dengan bermacam-macam perlengkapan lain agar mereka hidup di
atas bumi ini dengan senang, tenang dan puas, seperti tumbuh-tumbuhan,
binatang-binatang, ikan dll.
b. Kandungan Ayat
Ayat ini mengandung pengertian bahwasannya
Allah SWT telah memberikan karunia yang sangat berlimpah bagi manusia di muka
bumi. Semua karunia dan
nikmat yang telah Allah SWT berikan adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup jasmani baik secara perorangan maupun secara
berkelompok yang akan dijadikan batu loncatan untuk memenuhi dan menjaga
kesejahteraan hidup rohani guna kesucian diri dan mempersiapkan diri untuk
hidup kekal di akhirat nanti serta memperoleh nikmat dan kebahagiaan abadi yang
tak berkesudahan. Atas semua karunia dan nikmat yang tak terhitung banyaknya
itu maka wajiblah manusia bersyukur, mensyukuri penciptanya, yaitu Allah swt.
c. Asbabul Nuzul: __
4. Nuh ayat 19-20
ª!$#ur @yèy_ â/ä3s9 uÚöF{$# $WÛ$|¡Î0 ÇÊÒÈ (#qä3è=ó¡tFÏj9 $pk÷]ÏB Wxç7ß %[`$yÚÏù ÇËÉÈ
Artinya:
“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani
jalan-jalan yang luas di bumi itu.”
a. Tafsir Mufradat
Menurut tafsir Quraish Shihab, kata uÚöF{$# â/ä3s9@yèy_ artinya dijadikannya
bumi sebagai hamparan. Maksudnya adalah Allah SWT telah menjadikan bumi sebagai
hamparan yang luas untuk memberikan kemudahan bagi umat manusia untuk
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di muka bumi, serta kenyamanan yang dapat
diraih darinya. Kata (Ja’ala) dalam
Al-qur’an juga digunakan untuk menekankan manfaat yang dapat diperoleh dari
sesuatu.[4]
Kata âÚöF{$# â/ä3s9@yèy_ digunakan al-qur’an untuk menekankan manfaat yang dapat
diperoleh dari sesuatu yang dijadikan. Maksudnya Allah SWT telah
menciptakan bumi yang
terhampar luas agar manusia dapat memperoleh kemudahan memanfaatkannya serta kenyamanan
yang dapat diraih darinya.
Menurut tafsir Izzuddin Khatib At
Tamimi, kata ÚöF{$# /ä3s9@yèy_ memiliki
arti bahwa setiap Muslim sesungguhnya dituntut untuk bekerja keras, dan
disarankan untuk menjelajahi bumi Allah yang maha luas ini, dalam usaha
memenuhi kebutuhan hidupnya, mencari rejeki, menambah pengalaman dan ilmu
pengetahuan agar dapat rnencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nikmat yang telah dilimpahkan
Allah SWT kepada manusia, yaitu penciptaan bumi sedemikian rupa, luas dan
terhampar sehingga dapat dimanfaaatkan dengan mudah bagi manusia untuk
melaksanakan kehidupan dan mencukupi semua kebutuhannya.
b. Kandungan Ayat
Dalam surat ini mengandung pengertian
bahwa apabila manusia mulai menghitung-hitung nikmat yang diberikan Allah SWT
di bumi, maka Dia menyebutkan bahwa bumi itu disediakan dan ditundukkan untuk
manusia dan juga Allah menyatakan karunia-Nya kepada manusia untuk mengeluarkan
berbagai tambang dan kebaikan yang ada di dalam bumi.
c. Asbabul Nuzul:__
5. Al-Hadid ayat 25
ôs)s9 $uZù=yör& $oYn=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ $uZø9tRr&ur ÞOßgyètB |=»tGÅ3ø9$# c#uÏJø9$#ur tPqà)uÏ9 â¨$¨Y9$# ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( $uZø9tRr&ur yÏptø:$# ÏmÏù Ó¨ù't/ ÓÏx© ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 zNn=÷èuÏ9ur ª!$# `tB ¼çnçÝÇZt ¼ã&s#ßâur Í=øtóø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# ;Èqs% ÖÌtã ÇËÎÈ
Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi
yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
a. Tafsir Mufradat
Kata $uZø9tRr& menurut tafsir Muhammad Teungku Hasbi Ash Shieddieqy
memiliki makna bahwa Allah menjadikan besi yang dapat kita pergunakanuntuk alat
senjata, mesin-mesin industri, alat-alat pengangkutan laut, darat dan udara,
alat-alat pertukangan, dan sebagainya, yang mendatangkan kemanfaatan bagi
kehidupan manusia.[5]
Kata c#uÏI menurut
tafsir M. Quraish Shihab memiliki arti
neraca, dan menafsirkannya sebagai neraca yang digunakan menimbang sesuatu.
Ini, karena keharmonisan hubungan ditandi oleh kejujuran yang antara lain
dengan menggunakan neraca/timbangan dalam berinteraksi jual beli. Sehingga
karunia yang telah diberikan oleh Allah dapat dimanfaatkan sesuai dengan
pencitaannya.
b. Kandungan Ayat
Kandungan ayat ini menguraikan bahwa
tujuan Allah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab suci dan neraca agar
manusia menegakkan keadilan dan hidup dalam satu masyarakat yang adil. Ayat
diatas dapat juga dipahami sebagai nasihat kepada mereka yang selama ini belum
bersungguh-sungguh menggunakan anugrah Allah sesuai dengan tujuan
diciptakannya.
c. Asbabul Nuzul: __
B. Munasabah Ayat
Dalam Q.S. Al-Jatsiyah ayat 13 mengandung makna bahwa Allah SWT
telah menundukkan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di langit dan di bumi agar
dengan demikian, manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya untuk
kepentingan mereka dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Hal
ini berarti bahwa manusia wajib berusaha mencari faedah dan kegunaan ciptaan
Allah bagi mereka.
Kemudian dalam Q.S. ah-Hajj ayat 65 dijelaskan pula bahwa di antara
nikmat yang telah diberikan kepada manusia ialah Allah telah menundukkan dan
memudahkan bagi manusia segala yang terkandung di dalam bumi dan segala yang
ada di permukaannya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup dan
kehidupan manusia. Manusia diberi pengetahuan dan kemampunan menanamkan dan
menyuburkan tanaman, menggali barang-barang tambang yang beraneka ragam
macamnya.
Selanjutnya diperjelas dalam Q.S. Al-A’raf ayat 10 bahwasannya semua
karunia dan nikmat yang telah Allah SWT berikan adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup jasmani baik secara perorangan maupun secara
berkelompok, guna kesucian diri
dan mempersiapkan diri untuk hidup kekal di akhirat. Atas
semua karunia dan nikmat yang tak terhitung banyaknya itu maka wajiblah manusia
bersyukur.
Begitu pula dijelaskan dalam Q.S. Nuh ayat 19-20 yang mengandung
pengertian bahwa apabila manusia mulai menghitung-hitung nikmat yang diberikan
Allah SWT di bumi, maka Dia menyebutkan bahwa bumi itu disediakan dan
ditundukkan untuk manusia dan juga Allah menyatakan karunia-Nya kepada manusia
untuk mengeluarkan berbagai tambang dan kebaikan yang ada di dalam bumi.
Dan selanjutnya dalam Q.S. Al-Hadid ayat 25 menyatakan bahwa tujuan Allah
mengutus para Rasul dan menurunkan kitab suci dan neraca agar manusia
menegakkan keadilan dan hidup dalam satu masyarakat yang adil, baik dalam bertransaksi maupun dalam
memutuskan perkara.
[1] Muhammad, Teungku
Hasbi Ash Shieddieqy, Tafsir An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006)
hlm. 3008
[2] Quraish, M. Shihab, Tafsir Al-Misbah,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 115
[3] Mustofa, Ahmad
Al-maraghi, Tafsir Al-Maragi,
(Semarang: CV. Toha Putra, 1993).
[4] Quraish, M. Shihab, Tafsir Al-Misbah,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
[5] Muhammad, Teungku
Hasbi Ash Shieddieqy, Tafsir An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006)
0 komentar: