Resensi

KEANGGUNAN JIWA RAMADHAN
Oleh: Lusi Agustina

          Dalam menjalani kehidupan tentunya kita seringkali melakukan banyak kesalahan, hal jtulah yang mendominasi kita dalam menyambut keagungan dan keindahan bulan ramadhan. Betapa banyaknya orang tidak menyadari makna ramadhan sesungguhnya, dan hanya menjadikan ramadhan sebagai waktu yang tepat untuk pembuangan dosa yang telah dilakukan sebelumnya. Alangkah naifnya jika kita mengatakan bahwa beribadah di bulan ramadhan hanya untuk memperoleh amalan ibadah, tanpa diiringi niat untuk pembuangan dosa. Sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan orang berlomba-lomba untuk melakukan tobat tahunan, tidak hanya itu kadangkala ramdhan juga dijadikan sarana berbuat riya bagi sebagian umat muslim. Hal tersebutlah yang seharusnya kita hindari, sehingga dalam menyambut kesucian bulan ramadhan hati kita benar-benar tulus untuk memperoleh amalan ibadah dari_Nya.
          Bertobat dan memohon ampunan kepada Allah Swt. memang dianjurkan di bulan ramadhan akan tetapi pengamalannya tidak hanya dilakukan pada bulan ramadhan saja melainkan berlanjut pada bulan-bulan setelahnya, karena tidak sepatutnya jika kita melakukan tobat di bulan ramdhan namun tidak diiringi dengan niat yang sungguh-sungguh untuk bertobat serta tetap melakukan kesalahan-kesalahan yang sama pada bulan-bulan selanjutnya. Maka sama halnya kita menjadikan ramadhan yang suci sebagai ajang bertobat bukan memandang ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah dan anugrah. Padahal sebagai umat muslim tentunya tahu bahwa di bulan ramadhan ada satu malam yang setara dengan seribu bulan yakni malam Lailatul Qadar. Jadi alangkah meruginya kita jika datangnya bulan ramadhan tidak bisa dimanfaatkan untuk mencetak akhlaq dan perilaku yang baik.
          Dalam kaitannya dengan hal ini saya setuju dengan pendapat Bapak Imam Mustofa dalam artikelnya yang berjudul “Ramadhan, Cetak Biru Spiritual” yang mengungkapkan bahwa bulan ramadhan yang agung nan anggun bukan hanya dijadikan sebagai tempat pembuangan kotoran, atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada sebelas bulan sebelumnya, melainkan menjadikan ramadhan sebagai bulan yang dapat mencetak hati dan perilaku kita agar mampu menjadi khalifah yang beradap dan mampu membangun peradaban di muka bumi demi kesejahteraan di dunia dan akhirat. Tidak hanya itu tujuan bulan ramadhan prinsipnya adalah untuk membentuk pribadi yang bertaqwa.
          Akan tetapi ada beberapa hal perlu diperhatikan pada artikel tersebut, yakni adanya kosakata yang tidak disertai dengan arti sehingga itu dapat membuat kesulitan bagi pembaca,. Namun dari segi kesederhanaan kalimat, untaian kata yang ditulis memiliki gejolak jiwa yang membangun bagi pembaca serta dari makna keseluruhan, artikel tersebut sangatlah bermanfaat bagi pembaca, karena dapat memotivasi pembaca untuk bisa menghadapi dan menjalani bulan suci ramadhan dengan sebaik-sebaiknya.
          Perlu kita ketahui, sebagai umat muslim dan juga sebagai khalifah di muka bumi, hendaknya kita sadar bahwa kehidupan itu harus dijalani dengan sebaik-baiknya sehingga kita tidak berasumsi lagi untuk menjadikan bulan ramadahan sebagai tempat pembuangan dosa. Adapun hal yang sebaiknya kita lakukan adalah memperbaiki akhlaq dan perilaku, mempertebal iman dan taqwa, menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta mematuhi perintah_Nya dan menjauhi larangan_Nya.
          Jadi untuk menhadapi keindahan bulan ramadhan maka sebelas bulan sebelumnya harus kita manfaatkan dengan sungguh-sungguh agar hati kita benar-benar indah saat bulan ramadhan yang penuh keanggunan dan keindahan itu tiba dan kelak bukan hanya kepuasan diri yang kita dapatkan melainkan ketengan batin dan rahmat dari Ilahi yang akan melengkapinya.

Sinopsis

Bulan ramadhan adalah bulan penuh berkah bagi umat islam yang mana penuh dengan aura rahmat kasih sayang dan panorama cinta. Bulan dengan pesona ilahiyah yang membuka pintu kemaafan dan ampunan dari sang Maha Pengampun, sehingga di bulan yang penuh rahmat ini banyak umat islam berlomba-lomba untuk bertobat dan memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya. Sehingga terkadang banyak orang salah mengartikan makna ramadhan yang sesungguhnya. Padahal seperti yang kita tahu di bulan yang penuh rahmat ada malam yang lebih baik dari seribu bulan yakni malam Lailatul Qadar.
Keistimewaan ini menjadikan Ramadhan sebagai moment untuk melaksanakan taubat atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan selama sebelas bulan sebelumnya. Dengan demikian maka bulan Ramadhan sebagai moment untuk melakukan taubat musiman. Menjadikan Ramadhan sebagai arena untuk bertaubat dan memohon ampun memang dianjurkan. Akan tetapi, taubat dengan serangkaian amalan-amalan di dalamnya hendaknya bisa terjaga secara kontinyu dan konsisten sampai sebelas bulan berikutnya maka bulan suci Ramadhan akan menjadi cetak biru (blue print) spiritualitas dan bukan hanya sekedar sebagai moment untuk melakukan taubat tahuan atau taubat musiman.
Spirit Ramadhan harus mampu menggerakan perilaku umat beragama (Islam) untuk mentransformasikan nilai-nilai keagungan dan keanggunan Ramdahan sebagai cerminan keindahan Tuhan. Dengan demikian, maka visi dan misi manusia dalam mengemban kekhalifahan di muka bumi akan lebih mudah tercapai.  Visi untuk menjadi makhluk yang beradab dan membangun peradaban di  muka bumi demi kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.




0 komentar:

Copyright © 2012 Memo of Me.