FILSAFAT PATRISTIK
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah Patristik berasal dari bahasa
Latin Pater yang berarti Bapak. Adapun yang dimaksud dengan bapak disini adalah
para pemimpin Gereja. Biasanya para pemimpin Gereja diambilkan dari golongan
atas atau para ahli pikir.
Timbulnya agama Kristen pada awal abad
Masehi menjadikan filsafat menduduki tempat baru yakni:
1. Hikmah
hidup yang dikemukakan oleh Filsafat.
2. Hikmah
hidup yang dikemukakan oleh umat Kristen.
Keduanya saling konfrontasi, Kristen ditentang oleh penguasa dan ahli
pikir. Golongan pemeluk Kristen dibagi menjadi dua yaitu:
a. Rakyat
Jelata (orang sederhana) masa ini tidak ada perbedaan secara falsafi.
b. Ahli
Pikir (golongan atas) mulai menentukan sikap terhadap filsafat Yunani.
Perbedaan ahli pikir dalam menghadapi
masalah perlu tidaknya filsafat Yunani digunakan oleh para pemimpin Gereja
untuk ikut mewarnai peraturan-peraturan atau kebijaksanaan yang mereka
keluarkan, memunculkan tiga pendapat yang berbeda.
Pertama, segolongan orang yang menolak filsafat Yunani dengan alasan karena:
beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebanaran yaitu firman Tuhan, dan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani.
Kedua, segolongan orang yang menerima filsafat Yunani sebagai kebijaksanaan
yang dapat diambil. Adapun mereka kemukakan ialah bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodanya saja (tata cara
berpikir). Juga, walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, akan
tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai atau menerima filsafat
Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan dengan
agama.
Ketiga, melebur kepercayaan Kristen dengan filsafat Yunani yakni berusaha untuk
menengahinya dengan menyintesiskan kedua pemikiran tersebut.
Adanya perbedaan pendapat, muncullah
upaya-upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela iman Kristen) dengan
kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela
iman Kristen, tersebut adalah Justinus Martir, Klemens, Origenes, Gregorius
Nazianze, Tertullianus, Diosios Arepagos, Aurelius Augustinus. Filsafat Yunani
memang belum mencapai kebenaran sepenuhnya, tetapi juga tidak keliru
seluruhnya. Mungkin wahyu dapat memberikan kebenaran yang lebih lengkap namun
tidak usah akal budi berlindung kepada wahyu.
A. Patristik Timur
Pemikiran filsafat agama Kristen dimulai dari apologit para pembela
agama Kristen diantaranya Aristides, Yustinus, dan Tatianus. Dalam apologit
dalam pembelaanya dari tuduhan-tuduhan non Kristen seperti Kristen munafik,
pecundang, melakukan persetubuhan bebas, membenci sesama, tidak mau menyembah
dewa, dan sebagainya.
Jawaban apologit itu
semua adalah fitnah, sebab dalam kenyataannya orang Kristen hidup dalam hokum
Allah sehingga mereka tidak jatuh dalam kesalahan-kesalahan seperti yang
dilakukan oleh orang-orang besar Kristen, mereka tidak membuang bayi, mereka
tidak melakukan persetubuhan berlebihan, bahkan mengasihi sesama.
Agama Kristen tidak mau menyembah Dewa tetapi Kristen percaya Allah Yang
Esa dan menyembahnya. Kristen hanya ada satu Allah saja yang transenden yang
secara hakiki berbeda dengan manusia. Para apologit memanfaatkan filsafat
Yunani dalam pembelaanya seperti:
1. Justinus Martir
Orang-orang apologis dari kalangan ahli pikir menggunakan filsafat
Yunani untuk membela Injil. Demikian juga dilakukan oleh Justinus Martir. Nama
aslinya ialah Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah orang-orang
yang rela mati hanya untuk kepercayaannya. Ia berpendapat bahwa filsafat yang
digabung dengan ide-ide keagamaan akan menguntungkan.
Esensi dari pengetahuan ialah pemahaman tentang Tuhan. Semakin banyak
kita memikirkan kesempurnaan Tuhan, akan semakin bertambah kemampuan
inteleknya. Supremasi Kristus tercapai karena ia telah mencapai kebenarannya
yang utuh.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa agama Kristen bukan agama baru, karena
Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal
kedatangan Kristen. Padahal Musa hidupnya sebelum Socrates dan Plato. mereka
sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah Musa.
Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari Kitab
Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah Logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya
ini, orang-orang yunani kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari
logosnya, yaitu pencerahan, sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan
menyimpang dari ajaran murni.
2. Klemens (150-215 M)
Klemens lahir pada tahun 150 di Alexander dan meninggal pada tahun 215.
Menurut pendapatnya bahwa memahami Tuhan bukanlah dengan keyakinan irasional,
melainkan melalui disiplin pemikiran rasional. Filsafat merupakan persiapan
yang amat baik dalam rangka mengenal Tuhan.
Menurut Klemens, Tuhan itu di luar katagori ruang dan waktu, jadi Tuhan
itu transendens. Pengetahuan yang bagaimana pun tingginya tentang Tuhan adalah
sifat-Nya, bukan esensi-Nya, bukan hakikat zat-Nya. Karena itu Klemens
mengajarkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan haruslah dicapai melalui logos,
bukan dengan akal rasional.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa hubungan dengan manusia dengan Tuhan
dicapai melalui logos. Melalui logos tuhan memperhatikan kuasa-Nya, melalui
logos pul, Tuhan menciptakan alam semesta, dan melalui logos juga, manusia
dapat mengenal Tuhan. Logos digunakan oleh Erness sebagai jembatan antara dunia
spiritual dan dunia material.
Pangkal pemikirannya adalah Iman, disamping Iman ada hal yang lebih
tinggi yaitu Gnosis. Iman berlaku bagi tiap-tiap orang Kristen. Gnosis
diperlukan bagi orang Kristen yang dapat berpikir mendalam untuk menerangi
Iman. Seseorang yang memiliki Gnosis harus mematikan hawa nafsunya dan kembali
kepada Allah dalam satu kasih yang telah dibersihkan dari hawa nafsu.
Klemens mengandalkan Iman, tanpa Iman tiada Gnosis, Iman awal
pengetahuan yang harus berkembang menjadi pengetahuan tetapi pengetahuan tidak
mengadakan Iman. Gnosis bagi Klemens Ilmu Sejati, suatu pengetahuan yang pasti
berdasarkan penguraian yang benar dan pasti. Orang yang dianggap Ilmu
Pengetahuan (berhikmah) jika akalnya meneguhkan pengetahuan dengan
uraian-uraian yang mempunyai bukti.
Dengan demikian ia menghendaki member batasan terhadap ajaran Kristen
untuk mempertahankan diri dari otoritas filsaafat Yunani. Karena filsafat
Yunani bagi orang Kristen menurutnya dapat dipakai untuk membela iman Kristen
dan memikirkan secara mendalam.
3. Origenes (185-254 M)
Origenes lahir pada tahun dan meninggal tahun 254 M. Ia belajar pada
guru dan guru yang terkenalnya adalah Klemens. Ia berusaha mempertahankan
interpretasi kiasan tentang Bibel, yang secara rasional seperti berlawanan
dengan keimanan. Tuhan menurut Origenes adalah transendens, tidak bertubuh, esa
tidak berubah, Tuhan pencipta segala sesuatu, baik bersifat rohani maupun
badani, penciptaan Tuhan kekal abadi, sebelum dunia diciptakan Tuhan telah
menciptakan dunia lain yang mendahului
dunia tampak, setelah zaman dunia ini aka nada dunia yang baru.
Transendens ialah suatu konsep yang menjelaskan bahwa Tuhan berada di
luar alam, tidak dapat dijangkau oleh akal rasional. Lawannya ialah konsep
imanen yang berarti Tuhan itu di dalam alam. Karena Tuhan transendens itulah
maka menurut Origenes kita tidak mungkin mampu mengetahui esensi Tuhan. Kita
dapat mengkaji Tuhan melalui karya-Nya.
Tuhan menciptakan dengan perantara anak, sejak kekal anak diperanakan
bapak, sedangkan roh kudus keluar dari anak, anak Tuhan adalah logos, ide
segala ide. Hubungan Tuhan bapak, anak, roh kudus sebagai sobor dinasi artinya
yang satu dibawah yang lain, yang satu lebih rendah daripada yang lain.
Iman kurang berguna lagi bagi orang yang sudah berpengetahuan, sebab
Iman diperlukan bagi orang yang sederhana yang tidak mengerti Kitab Suci secara
Rohani. Menurut Origenes Kitab Suci mempunyai 3 macam arti:
1. Harfiah/Somatis
berlaku bagi orang sederhana.
2. Etis/Psikis
diuraikan didalam khutbah, diperuntukan bagi orang psikis.
3. Pneumatis/rohani
diperuntukan bagi teolog dan filosuf.
Menurut Origenes, alam semesta ini abadi. Menurut Injil, alam semesta
ini diciptakan dan akan hancur. Argument yang diajukan oleh Origenes cukup
menarik. Bila alam semesta tidak abadi, maka aka nada suatu perbedaan antara
potensialitas dan aktualitas. Jadi Origenes menyimpulkan bahwa cara kerja Tuhan
sama dengan cara kerja manusia.
Adapun pendapat Origenes mengenai etika bahwa dunia ini merupakan
pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat. Kehidupan manusia adalah
medan laga tidak henti-hentinya. Menurutnya pendapatnya, kejahatan memang
diperlukan oleh Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana
yang buruk, jadi menyempurnakan alam. Konsekuensi pendapatnya ini adalah bahwa
api neraka itu adalah pendisiplin dan api neraka itu tidak kekal.
4. Gregorius Nazianze
Akal manusia dengan sendirinya dapat mengenal Tuhan dengan mempelajari
hasil penciptaan Tuhan, manusia dengan akalnya dapat mengetahui bahwa Tuhan ada
sekalipun zat dan hakekatnya tersembunyi bagi manusia. Mengenai zat Tuhan
manusia hanya dapat mengungkapkan secara negative seperti bahwa Tuhan tidak
berubah, tidak dilahirkan, tanpa awal, tidak berubah, tidak binasa.
5. Basilius
Hanya Tuhan yang tanpa awal, sedang dunia berawal-awal dunia juga awal
waktu, dunia dan waktu berhubungan secara timbal balik. Ketika Tuhan mulai
menciptakan dimulai juga waktu, akan tetapi perbuatan Tuhan dalam menciptakan
tidak dikuasai oleh waktu, perbuatan menciptakan itu sendiri terjadi diluar
waktu.
6. Gregorius
Iman dan pengetahuan mempunyai perbedaan, sumber dan isi Iman berbeda
dengan sumber dan isi ilmu pengetahuan, kepastian tidak dapat dijelaskan dengan
akal karena lebih tinggi dari kepastian akal. Pengetahuan dengan akal dapat
dipakai untuk membaca Iman, untuk menjabarkan Iman. Akal dapat mengenal Tuhan
dengan mempelajari hasil penciptaan tetapi pengetahuan tidak menyelamatkan.
Orang diselamatkan hanya oleh Iman.
B. Patristic Barat
Bagi Patristik Barat, ada dua macam sikap terhadap filsafat yaitu: (1)
Aliran yang menolak filsafat. (2) Aliran yang menerima filsafat. Adapun
tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut:
1. Tertullianus (160-230 M)
Tertullianus lahir pada tahun 160 M dan meninggal tahun 222 M. Ia
dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, namun setalah ia melaksanakan
pertobatan ia menjadi pembela Kristen yang gigih. Tertullianus terkenal sebagai
pembela Kristen yang fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat Yunani, karena
filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu.
Tertullianus berpendapat bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup, dan tidak ada
hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem
(pusat agama) dengan Yunani (pusat
filsafat), tidak ada hubungan antara Gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara
Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka
segala yang dikatakan oleh para filosuf Yunani dianggap tidak penting. Hal ini
karena apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada
hakekatnya merupakan kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena, kebodohan
para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat
Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga
berpikir filsafat yang diharapkan tidak dibukukan. Saat itu dan filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja. Akhirnya Tertullianus
melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai
cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta
sifat-sifatnya.
Ajaranya materialisme. Akal manusia dapat menemukan adanya Tuhan dan
menemukan sifat jiwa yang tidak dapat mati. Baik Tuhan maupun jiwa bertubuh,
sekalipun berbeda dengan tubuh jasmani. Tuhan adalah suatu zat yang halus, jiwa terdiri dari zat yang
halus yang bertubuh yang tembus sinar sama seperti uap.
Jiwa tidak setiap kali diciptakan oleh Tuhan, tetapi pembentukan
diteruskan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka. Jiwa berasal dari
sperma sang ayah, sehingga tiap jiwa adalah suatu ranting dari Adam, jiwa
selalu mendapat dosa warisan dari Adam.
Menurutnya bahwa Tuhan adalah pemegang kekuasaan dan peraturan.
Kepatuhan kepada Tuhan merupakan kewajiban. Bila menentang Tuhan, kita akan
masuk neraka, dan neraka itu benar-benar ada. Ia juga menentang filsafat Yunani
dengan keras, dogma-dogma harus duterima. Bukan berdasarkan pemikiran,
melainkan berdasarkan keimanan.
2. Aurelius Agustinus (354-430 M)
Agustinus lahir di Tagasta, Numidia (Algeria) pada tanggal 13 September
354 M dan meninggal tanggal 28 Agustus tahun 430 M. Ayahnya adalah seorang
pejabat kekaisaran Romawi bernama Patricius dan ibunya bernama Monica seorang
penganut agama Kristen yang taat. Agustinus juga sering disebut Aurelius
Agustinus.
Pendidikan yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang gramatika dan
aritmatika. Ia sangat benci kepada gurunya yang menggunakan hukuman dalam
metoda mengajarnya. Bahasa Yunani dibencinya sehingga ia tidak mempunyai
pengetahuan yang sempurna tentang bahasa itu.
Ia menentang sikap aliran skeptis, sikap skeptis disebabkan karena
adanya pertentangan batiniah. Barang siapa ragu-ragu sebenarnya ia berpikir dan
barang siapa berpikir ia ada, aku ragu-ragu maka aku berpikir dan aku berpikir
maka aku akan berada. Pikiran dapat mencapai kebenaran dan keapastian berpikir
ada batasnya, namun dengan berpikir orang dapat mencapai kebenaran yang tiada
batasnya yang kekal dan abadi.
Kita lebih dapat mengatakan Tuhan itu bukan apa dari pada Tuhan
itu itu apa, sebab Tuhan tidak dapat dimasukan ke dalam kategoris yang dimiliki
manusia, Tuhan adalah roh yang esa tidak bertubuh, tidak berubah, tetapi berada
dimana mana serta meliputi segala sesuatu. Manusia tidak dapat mengenal Tuhan
secara sempurna.
Setelah ia mengalami konversi, ia mengabdikan seluruh dirinya kepada
Tuhan dan melayani pengikutnya-pengikutnya. Setelah ia kembali ke Tagasta pada
tahun 388 M, ia menjual seluruh warisan, dan uang hasil penjualan itu diberikan
semuanya kepada fakir miskin.
Yang tinggal hanyalah sebuah rumah yang diubahnya menjadi suatu tempat
masyarakat biarawan. Ia sebeanrnya tidak berminat menjadi pendeta, tetapi pada
tahun 391 M, ia ditahbiskan menjadi pendeta karena didesak
oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya dekat kota Hippo (wilayah Aljazair).
Pandangan Agustinus tentang Tuhan bahwa terpisah dari Tuhan tidak ada
realitas, karena esensi hanyalah milik Tuhan, jadi hanya Tuhan yang
memilikinya. Hakikat yang sebenarnya adalah sebab awal, hanya Tuhanlah yang
merupakan sebab awal.
Ia yakin bahwa penikiran dapat mengenal kebenaran, karena itulah ia
menolak skeptisme. Adapun adanya kebenaran tentang benar, banyakya kebenaran
tentang indah, banyaknya kebenaran tentang baik, akan mendesak manusia untuk memperoleh
kebenaran yang absolute dan abadi, itulah kebenaran Tuhan.
Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti
mengandung kesungguhan. Bila orang menganggap suatu doktrin adalah kemungkinan,
ia harus menganggap bahwa di dalam doktrin itu adalah kebenaran. Dari sini ia
menemukan kesungguhan adanya dirinya, yang tadinya diragukannya.
Ia juga mencoba membuat argumen lain
Tuhan. Ia mengambil susunan alam semesta. Alam semesta ini menurut pendapatnya
memerlukan pencipta karena fisik alam yang tidak teratur ini, tidak berketentuan
ini, memerlukan pencipta dan pengatur. Yang dimaksud tidak berketentuan ialah
tidak tentu asalnya, keadaannya sekarang dan riwayat alam ini selanjutnya.
Keadaan alam seperti ini menurut Agustinus memerlukan pencipta dan pengatur.
Pendapatnya tentang Gereja bahwa
baginya Gereja bukanlah sekadar suatu alat dalam penyelamatan, Gereja
menunjukkan tujuan dan mengisi keyakinan jiwa. Karena itulah ia menyimpulkan
bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan.
Gereja Katholik tidak dibatasi oleh batas
nasional, pengaruhnya mencakup seluruh dunia. Singkatnya bishop Roma menjadi
penguasa tertinggi dalam pandangan Agustinus. Mengingkari kekuasaan Gereja
berarti mengingkari Tuhan. Mengikuti jalan Kristus secara sendirian tidak
cukup, kita tidak dapat menemukan diri kita tanpa Gereja.
3. Dionision
Tuhan adalah segala asal yang ada, yang keadaannya transenden secara
mutlak sehingga tidak mungkin memikirkan tentang dia dengan cara yang benar dan
memberikan kepadanya makna yang tepat, hal ini disebabkan karena ia mengatasi
segala yang ada, segala yang dapat dipikirkan orang.
Segala sesuatu yang keluar dari Tuhan berusaha kembali kepada Tuhan. Di
dalam usaha kembali ini manusia mencoba untuk sedikit memikirkan tentang Tuhan
dan menyebutnya. Percobaan ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Orang
dapat secara positif menyebut segala hal yang baik, yang terdapat di dalam
jagat raya ini untuk Tuhan.
2. Orang
dapat menyangkal, bahwa segala yang baik yang ada pada Tuhan berada dengan cara
yang sama seperti dengan adanya segala sesuatu di dalam jagat raya ini.
3. Orang
dapat meneguhkan, bahwa segala kesempurnaan ada pada Tuhan, dengan cara yang
tidak terhingga melebihi segala kesempurnaan makhluk. Sehingga Tuhan dengan
cara tidak dimengerti melebihi segala makhluk. Usaha kembali kepada Tuhan
melalui jalan pikiran ini menjadikan hidup penuh arti.
Tuhan adalah terang, terangnya begitu gemilang, sehingga mata manusia
terlalu lemah untuk mengamatinya, akibatnya terang itu menjadi kegelapan,
sekalipun demikian manusia dapat menjadikan matanya biasa menerima terang itu,
sehingga manusia dapat mengenal Tuhan yaitu dengan jalan yang telah disebutkan
diatas.
Dionisios menekankan kehendak bebann manusia, ia menolak ajaran tentang
kepindahan jiwa dan penyamaan antara tubuh dan dosa. Tubuh pada dirinya
bukanlah dosa, kejahatan ada dimana tiada kebaikan.
0 komentar: