Kubawa Senja
Berlabuh di Hatiku
Mentari tersenyum ria ketika aku mulai bersiap untuk perjalananku bersama
sahabatku pulang ke kampung halamannya. Tujuan kami adalah Gisting Jaya SP 1,
Pakuan Ratu, Way Kanan. Betapa pijakan langkahku terasa ringan dan menyenangkan
karena ini pertama kalinya aku liburan kesana. Sahabatku, Dian Kurniasih
menatapku dengan senyum khasnya dan mulai menggodaku dengan gurauan jahil
ketika aku sampai di rumahnya. Dia adalah sosok cewek yang cantik dan
menyenangkan, juga seorang sahabat yang selalu ada buat aku disaat sedih atau
senang. Aku mulai mengenal dan bersahabat dengan dia sejak diterima di SMP
Negeri 8 Metro ini.
Aku tidak tahu perasaan berdebar apa yang kini singgah
dalam diriku. Aku begitu penasaran dengan semua kisah yang diceritakan
sahabatku di kampung halamannya. Betapa semua itu menjadi penghias mimpiku
akhir-akhir ini. Dan kini senyum mentari pun tidak pernah pudar mengiringi
jejak perjalanan kami, yang juga ditemani oleh kakek dan bibinya Dian.
Tidak disangka setelah lama menunggu bis di loket Gotong Royong,
kami belum juga menjumpai bis yang sejalur dengan tujuan kami ke Unit 2.
Akhirnya dengan langkah berat kami menumpang sebuah truk yang akan pergi ke
Palembang.
“Bener-bener berkesan banget ya Yan, pertama kali diajakin
mudik, naik truk pula,” kataku dengan nada menyindir.
“ Yaahh... Itu mah derita lo, hehehe,” balas Dian.
Tidak terasa perjalanan kami berujung pada tempat pemberhentian pertama, yakni
Unit 2. Bagiku ini benar-benar pengalaman yang menguras kesabaran. Tetapi, hal
menyenangkan disana mampu menghilangkan kepenatan kami untuk sesaat. Kemudian
perjalanan kamipun berlanjut ke tempat tujuan utama kami. Betapa indahnya
pemandangan di sepanjang jalan yang kami lalui. Hamparan perkebunan sawit dan
karet bagaikan lembayung hijau yang melambai-lambai ke arah kami. Terik
matahari yang semula seakan membakar bumi, kini mengiringi kami dengan
permadani emas cahayanya.
Malam pun jatuh dan mengantarkan kami tiba di tempat tujuan utama kami. Betapa
letih menguras tenaga kami dan membuat kami segera membersihkan diri lalu pergi
tidur. Karena terlalu lelah, dengan sekejap aku terlelap ke alam mimpi.
***
Pagi itu, betapa terkejutnya ketika mendengar suara berisik di
luar rumah. Karena penasaran, akupun segera membangunkan Dian.
“Sssttt Dian, ada apaan sih, di luar ramai banget?” tanyaku
penasaran.
“Ow itu... Disini setiap hari selasa dan jum’at ada pasar,” jelas
Dian.
“Ow... Terus hari-hari biasa gak ada pasar gitu?” tanyaku lagi.
“Ya ada lah tapi gak disini, mungkin di SP 3 atau SP 5, ya udahlah
mendingan kita sholat yuk, terus bantu aku beres-beres, OK?” kata Dian.
“OK dech,” balasku
Setelah selesai sholat, aku mengawali pagiku dengan membantu sahabatku
bersih-bersih. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku sadari sebuah tatapan
tajam terarah padaku, betapa tubuhku dibuat beku oleh tatapannya. “Apa mungkin
dia itu cowok yang diceritain Dian?” batinku. Lalu cowok itu tiba-tiba masuk
kedalam rumah dengan membawa gitar yang sebelumnya dimainkanya.
“Hmm…Bener-bener cowok pendiem dan jutek banget,” gumanku.
“Ddeeerrr… Ngelamun aja. Gimana ganteng kan seperti yang aku
bilang, kamu aja sampai dibuat tertegun gitu,” gurau Dian.
“Huuhh lebaaay dech, tapi bener juga sih apa yang kamu bilang
waktu itu, dia bener-bener super pendiem dan jutek banget,” kataku.
“Dan ganteeeeng kan?” canda Dian.
“Ahh nyebelin gitu… Udahlah buruan beres-beres, ngerumpi aja,”
elakku.
Itulah pertama kalinya aku melihat dia, yang disambut dengan
tatapan tajamnya. Dia adalah Arie Suryadi, dia siswa di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 1 Gisting Jaya. Bisa dikatakan dia kakak kelasku, walaupun
aku benci mengakuinya karena sifatnya yang menyebalkan. Tapi sebuah
peristiwa-peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah sebuah moment yang takkan
terlupa. Semua itu yang akhirnya membuatku merubah sedikit asumsiku tentang
dia.
***
Hari ini adalah hari kedua aku menikmati liburan di kampung halaman sahabatku.
Untuk saat ini kemarau sedang menguasai Gisting Jaya, jadi kami memutuskan
untuk mandi dan mencuci di danau.
“Hmmm kita ini bener-bener jadi gadis desa ya Yan, lihatlah nyuci di sungai
pakek kemben, naik sampan pula,” celotehku.
“Ya namanya juga musim kemarau, udahlah buruan cuci itu baju, jangan ngomel
aja,” kata Dian.
Kamipun disibukkan dengan aktivitas mencuci dan menikmati indahnya pemandangan.
Disana juga terdapat berbagai jenis ikan baraneka warna yang seolah-olah
menyapa kami dengan gerak-gerik mulutnya. Karena terlalu asyiknya kami tidak
menyadari jika ada seorang cowok yang datang. Dengan spontan aku pun
berteriak marah kepada cowok itu.
“Ngapain lo ngikutin kita kesini, lo mw ngintipin kita ya??‼”
teriakku.
“Ngintipin lo??? Kurang kerjaan banget sih. LUPAKAN‼!” balas
dia.
“Trus ngapain lo disini kalau bukan ngintipin, HAHH‼!”
kataku.
“Gua gak ada urusan sama lo tau!” katanya dengan tampang jutek.
“Isshh lo tu bener-bener nyebelin
banget ya,” dengan reflek aku lempar sebuah sandal dan tepat mengenai
keningnya.
”Syukurin,” tambahku.
“Udah dech, kamu orang ini kenapa sih baru kenal juga udah berantem melulu,
nanti jadi cinta loh,” kata Dian.
“Gak‼!”
jawabku serempak dengan Ari.
“Siapa juga yang bakal jatuh cinta sama lo,” tambahku.
“Bagus dech,” katanya dengan wajah sumpah nyebelin banget.
“Tu kan… Belum-belum kalian udah kompakan gitu, tapi
ngomong-ngomong emang ngapain mas Arie kesini,” kata Dian.
“Oww... Bagus dech kamu nanyak Yan, tadi kebetulan aku nganterin
bapakku ke kebun sawit, terus ibumu titip pesan kalau kamu udah selesai
nyucinya suruh cepet pulang soalnya kamu dicariin adek kamu. JADI AKU GAK BERNIAT MAU NGINTIPIN
KAMU ORANG,” kata dia menekankan kalimat terakhir dan menatapku tajam.
Kemudian diapun pergi begitu saja. Aku benar-benar mati gaya
menghadapi tatapan tajamnya dan betapa bodohnya aku berpikiran kalau cowok
bertampang jutek dan menyebalkan itu berniat mau ngitipin kami. Bener-bener
ingin masuk sumur rasanya karena malu.
Setelah selesai, akhirnya kamipun berniat pulang. Akan tetapi,
bagaikan tersihir menjadi batu, aku terdiam. Aku merasa ada sesuatu yang
ganjil, lalu akupun melihat ke sebelah kakiku dan ternyata hanya terlihat satu
sandal disana.
“Aagghhh… Dasar cowok nyebelin, masak sandalku dibawa coba,
apa-apaan tuh‼”
gerutuku kesal.
“Lusi temenku…. Udahlah, mending pulang yuk? Percuma kamu ngomel
disini, toh orangnya nggak disini dan sandal kamu juga gak balik kan dengan
kamu ngomel-ngomel kayak gitu,” kata Dian.
Dengan
berat hati akupun pulang bersama sahabatku.
***
Tidak lama kemudian, siang pun menjelma menjadi tirai
kegelapan yang perlahan menyelimuti bumi. Malam ini adalah malam takbiran Idhul
Adha, dan bertepatan dengan dibukanya pasar malam di Blok A. Ingin rasanya pergi
kesana. Akan tetapi, hanya ada satu kendaraan di rumah dan sudah digunakan oleh
orang tuanya Dian. Ketika kami hampir putus asa, tiba-tiba datanglah sahabat
kecil Dian yaitu Novita Sari.
“Diaann… Lihat pasar malam yuk?” kata Novi.
“iya sih pengeeen, tapi lusi sama siapa? Gak mungkin kita bonceng tiga secara
jalannya jelek, nanti malah jatuh,” jelas Dian.
“iya ya… Yaaahh terus gimana donk?” tambah Novi.
Ketika
kami sedang tenggelam dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba di seberang rumah
Dian ada yang sedang menyalakan sepeda motor yang berarti cowok nyebelin itu
juga akan pergi. Lalu Dian memanggil cowok itu, dan seketika cowok itu pun
datang.
“Kenapa Yan?” tanya Arie.
“Mas Arie, sampean mau lihat pasar malam tho, temenku nebeng sih,” kata
Dian.
“Apaa…?! Aku sama dia? Maleslah Yan, kamu aja yang sama dia, aku sama Novi,”
kataku kesal.
“Udah
dech gak usah protes,” kata Dian sambil menatapku tajam. “Gimana Mas Ari mau
gak boncengin dia?” tambahnya.
“Terserah aja kalok dia mau,” kata Ari.
“Sekarang sudah beres kan masalahnya, berangkat yuk,” ajak Novi.
“Tapi kan…?” gerutuku kesal.
“Udah gak usah tapi-tapian, mau ikut gak? Kalau gak mau ya udah jaga rumah,”
ancam Dian.
“Iya deh iya aku ikut, sadis betol wahhh,” ucapku dengan pasrah.
Sepanjang perjalanan, terasa keheningan menyelimuti kami. Ketika sampai disana
tidak tahu disengaja atau tidak, aku kehilangan jejak Dian dan Novi. Betapa
resah menyelimuti hatiku saat aku mencari mereka sendirian, karena cowok
nyebelin itu tidak mau menemani aku untuk mencari mereka. Sempat aku menyesal datang
kesini bersama dia. Akan tetapi, ketika sekelompok cowok-cowok gangguin aku,
tiba-tiba dari belakang ada yang menggait tanganku, dan menarikku pergi. Betapa
terkejutnya aku ketika tahu ternyata yang menggait tanganku adalah cowok
nyebelin itu. Sekejap aku menghentikan langkahku dan menarik tanganku yang
masih digenggam dia.
“Jangan keGE_ERan dulu ya, gua ngelakuin ini karena gua gak enak aja, lo kan
pergi sama gua, nanti kalau terjadi apa-apa sama lo, gua juga yang
repot,” katanya.
“Gua gak GE_ER kok, tenang aja. HHmmm… Gua cuma mau ngucapin makasih
karena lo udah bawa gua pergi dari cowok-cowok gak jelas itu,” ucapku.
“Dan berhubung kita udah nyampek sini, jadi gak seru kalau gak
nyobain permainan disini,” tambahku.
“Hahh…??? Ogah gua, lo aja,” elak Arie.
“Udah gak usah protes, daripada gua ilang lagi entar. Mau tanggung jawab lo!”
ancamku.
Akhirnya kamipun mencoba semua permainan yang ada di pasar malam itu. Mulai
dari komedi putar sampai rumah hantu yang sempat buat bulu kudukku berdiri.
Sehingga tanpa aku sadari, aku menggenggam tangan cowok nyebelin itu sampai
keluar dari rumah hantu. Dan setelah itu, kamipun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah Dian, ternyata Dian dan keluarganya belum pulang.
Lalu kamipun berbincang dan mulai berbagi pengalaman. Dari situlah aku tahu
alasan kenapa dia begitu cuek dan dingin sama cewek termasuk begitu menyebalkan
ketika pertama kali aku melihatnya. Malam itu adalah saat-saat yang tidak
pernah sedikit pun terlintas dalam benakku, menyenangkan, dan menjadi dongengku
yang indah sebelum tidur. J
***
Hari ini adalah hari Idhul Adha. Planing hari ini aku ikut bersama Dian dan
teman-temannya berkunjung ke rumah guru-guru SD mereka. Setelah puas berkunjung
kami semua memutuskan untuk pergi ke Bendungan yaitu tempat wisata yang ada
disana. Dan betapa terkejutnya aku ketika aku melihat Arie juga ada disana
bersama dengan teman-temannya. Itulah saat pertama kalinya aku melihat dia
tertawa begitu lepas. Hal tersebutlah yang perlahan menusuk aliran darahku
menuju jantungku yang tiba-tiba berdebar. Aku tidak tahu perasaan apa ini yang
berlabuh dalam hatiku. Begitu nyata dan seolah-olah mampu menenggelamkanku
dengan mudah di dalamnya. Sampai saat itu aku belum menyadari perasaan apa yang
kiranya mengusik hati dan pikiranku.
Sore itu, ketika aku menemani adiknya Dian bermain dihalaman, aku melihat Arie
keluar dari rumahnya dengan style (sumpaah kereenn bangetz). Dan ketika dia
melintas di depanku untuk mengambil motornya, suatu hal yang membuatku tidak
terduga adalah dia melempar senyum kepadaku.
“Mimpi apa aku semalam sampai cowok nyebelin itu senyum ke
aku?” batinku.
Walaupun terlambat karena terkejut, akupun membalas senyumnya.
Itulah pertama kalinya dia senyum kepadaku dan tiba-tiba aku merasa ada sesuatu
yang aneh lagi mengalir sepanjang nadiku. Perasaan apa ini? Aku sendiri sukar
untuk mendefinisikannya.
Seperti
disengat listrik, akupun tersadar bahwa aku sudah mempunyai seseorang yang
sayang banget sama aku yaitu Aries Desvian Pratama. Tapi aku tidak tahu kenapa
aku tidak bisa mencegah perasaan ini dengan mudah. Perasaan yang mengalir
begitu saja dalam setiap detail darahku, karena baru kali ini aku merasakan
perasaan aneh ini.
“Apa yang sebenarnya terjadi padaku…???” batinku.
Huft… Ini semua benar-benar membingungkanku. L
***
Hari-hari berlalu dengan berjuta kisah yang mengisi duniaku yang kecil dengan
senyum manis terkuak di dalamnya. Bersama Arie, cowok nyebelin yang menjadi
tokoh utama dalam kisah drama remajaku, mampu menjadikan duniaku yang kecil
menjadi barwarna. Aku tidak mengerti apa yang ada dalam pikiranku, sehingga
didetik-detik kepulanganku ke Metro, aku tetap tidak bisa menghapus bayangan
Arie dalam benakku. Semua terasa jauh menyakitkan ketika aku sadar bahwa
keinginanku untuk bersama dengannya akan sirna ketika aku kembali ke Metro.
Disana aku akan mulai menjalani kembali drama cintaku bersama dengan Aries.
Liburankupun berakhir dan inilah saatnya aku pulang ke Metro. Ada hal yang
membuatku terkejut ketika kami tiba di Unit 2 yakni tidak disangka di tengah
ramainya pasar Unit 2 aku melihat Arie untuk yang terakhir kalinya. Dan dia pun
menampakkan senyum khasnya ketika kedua mata kami saling menyapa.
“Curaaang... Senyum disaat terakhir, bikin gak bisa lupa aja,”
rintihku perlahan.
Mentari hampir pulang ke peraduannya ketika kami sampai di Gotong
Royong. Seperti yang aku duga, Aries sudah disana dengan Avansa putihnya.
“Tu pangeran berAvansa putihmu datang, siap menjemput tuan putri,” ledek Dian.
“Udah dech gak usah bercanda, gak tau orang lagi galau nih,” balasku jutek.
“Hahaha….. Pasti gara-gara Mas Arie ya?” gurau Dian.
“Apaan sih kamu nih Yan. Entahlah bingung aku, ya udah buruan geh kasian tu
Aries nungguin,” jawabku.
Diperjalanan menuju rumah aku lebih banyak diam dalam pikiranku. Rasanya aku
begitu tidak adil terhadap Aries dengan membiarkan perasaan ini terus
berlarut-larut dalam benakku. Akan tetapi, apa yang mampu aku perbuat semua
terjadi begitu saja seakan tidak ada lagi bagiku tempat untuk menghindar dari
genggamannya.
“Kenapa aku gak kenal dia lebih dahulu sebelum Aries,” jeritku
dalam hati.
“Hey… Aku perhatiin kamu dari tadi diem aja, kenapa? Kamu sakit
ya?” kata Aries sambil memegang keningku.
“Gak kok, aku cuman sedikit capek aja,” jawabku bohong.
Kamipun kembali tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.
Rasanya aku sudah berbuat kesalahan dengan berbohong seperti ini sama Aries.
Selama ini dia begitu baik terhadapku. Walaupun terpaut 2 tahun, dia sama
sekali tidak malu mengakui aku yang masih kelas 2 SMP sebagai pacarnya. Padahal
dia termasuk siswa yang cukup terpandang di SMA Negeri 1 Metro. Dulu
teman–temanku begitu iri ketika aku jadian sama Aries. Karena selama ini Aries
begitu sayang dan perhatian kepadaku. Tetapi tidak tahu kenapa perasaanku
terhadap Arie saat ini begitu mendominasi semuanya. Perasaan yang aku rasakan
kepada Arie sekarang, melebihi perasaan ketika aku bersama Aries selama ini.
Hari-hari pun berlalu, dan duniaku kini mulai tampak normal
seperti biasanya. Setelah sekian waktu, aku mengira bisa melupakan Arie. Akan
tetapi, malam ini tanpa terduga ada panggilan tidak terjawab di HP ku. Karena
penasaran akupun mengirim SMS ke nomor baru itu untuk menanyakan siapakah
gerangan yang missed call. Dan ternyata yang missed call itu adalah Arie. “Ini
mimpi nggak sih?” ucapku lirih sambil mencubit pipiku.
Kini setiap hariku dipenuhi dengan debar-debar rindu akan SMS dari
Arie. Semua itu yang membuat aku seolah-seolah seperti orang gila karena
seringkali aku menemukan diriku senyum-senyum sendiri membaca SMS dari dia.
Bahkan akupun sempat berpikir untuk putus dengan Aries.
“Aku bisa gila beneran nih. Kenapa bisa kayak gini sih? Inget
lusi… Inget… Kamu sudah punya Aries,” kataku sambil memukul-mukul kepala. Saat
itu aku mulai tersadar inikah “Cinta
Pertama” ku.
Malam itu tepat ketika pukul 00.01 aku dibangunkan oleh SMS yang
masuk di HP ku.
“Huft… Siapa sih yang malem-malem gini SMS? Kurang kerjaan banget,
gangguin orang tidur aja.. L,” gerutuku kesal.
Dan setelah aku lihat, ada dua SMS yang masuk yaitu dari Arie dan
Aries. Sesaat aku terdiam beku memandang layar monitor di HP ku.
“Mana yang harus aku buka dahulu? Arie atau Aries???”
tanyaku sambil tetap menatap HP ku.
Kemudian terjadi konflik dalam pikiranku. Dan setelah sekian waktu
akhirnya konflik itu dimenangkan oleh Arie. Lalu akupun membuka SMS dari Ari
terlebih dahulu.
Dari:
085279744799
MeeT UlTah
yA.. sMoga PNjaNg Umur n’ sHat Slalu,,
daN d hRi sPesiAl Kmu, aQ brHraP
sMoga kMu biSa slaLu tRseNYum sErta sMoga aQ adLah SalH saTu oRang yaNg biSa
buAt kMu TrseNyum.. J
SeKli Lgi Met UlTah…
Untuk kesekian kalinya aku kembali tersihir oleh semua kata-kata
Arie. Semua ini kembali membuatku senyum-senyum sendiri. Kemudian aku membuka
SMS dari Aries.
Dari: 085768694849
Sayank… Kamu keluar geh.. J
Karena penasaran akupun akhirnya berniat untuk melihat keluar
rumah. Dan ketika aku membuka pintu….
“Happy birthday to you… Happy birthday to you… Selamat ultah ya,,
semoga panjang umur and wish you all the best.. J,” kata Aries serempak dengan teman-temannya sambil memberikan kue
ulang tahun kepadaku.
Seketika itu, aku benar-benar ingin menangis. Rasanya tidak pantas
aku mendapatkan ini semua. Kenapa Aries begitu sayang kepadaku sedangkan aku
tidak bisa membalas cintanya. Aku merasa ini tidak adil buat dia. Sekarang aku
bagaikan seorang penjahat bermuka malaikat yang membawa belati di balik
punggungnya, siap menusuk hulu hatinya kapan saja. Akupun berpikir akankah aku
mengakhiri hubunganku dengannya, sehingga dia tidak terluka lebih dalam
nantinya. Akan tetapi, ketika melihat senyum bahagianya rasanya aku tidak kuasa
merebut senyum indahnya itu.
“ Apa yang harus aku lakukan sekarang???” rintihku perlahan. L
Pagi ini aku bangun dengan sejuta rasa yang berkecamuk dalam hati
dan pikiranku. Di depan cermin akupun berkata kepada diriku sendiri. “Aku hari
ini berusia 14 tahun, semoga aku bisa bertambah dewasa dan bisa menyelesaikan
masalahku dengan sikap yang dewasa pula”.
Lalu aku mulai membuka kado-kado yang diberikan Aries dan
teman-temanku tadi malam, semua begitu spesial termasuk kado dari Aries yaitu
sebuah cincin emas. Ini semua membuatku tidak enak hati. Akan tetapi, apalah
yang bias aku lakukan sekarang, aku benar-benar terjebak diantara dua pilihan.
Setelah bersiap-siap dan menyimpan semua kado, akupun berangkat ke sekolah.
Seperti yang aku duga, teman-teman di sekolah membuat kejutan buat
aku dengan kejahilan mereka. Semua itu memberikan kesan yang mendalam dan
terukir indah dalam hatiku. Setelah sekolah berakhir, seperti biasa aku dan
kedua sahabatku, Dian dan Esi selalu pulang terakhir. Dan mereka mengatakan
bahwa kejutan belum berakhir serta memintaku untuk mampir ke rumah Dian
sebentar.
Ketika sampai di rumah sahabatku, betapa senangnya aku mendapat
kado-kado spesial dari kedua sahabatku. Dan sebuah kado yang aku tidak tahu
dari siapa karena kedua sahabatku tidak mau memberitahukannya. Karena penasaran
akhirnya aku buka kado itu. Kado itu berisi boneka Teddy Bear, setangkai
mawar merah, bingkai biru dengan sebuah foto yang tidak asing buat aku, dan
sepucuk surat. Akupun membaca surat itu…
Dear: Seseorang yang
special
Hari ini adalah hari dimana kamu memulai aktivitas dengan usia
yang berbeda dengan kemarin. Aku berharap semoga harimu selalu menyengkan. Maaf
dihari spesialmu, aku tidak bisa mengucapkannya secara langsung. Akan tetapi,
aku ingin jadi salah satu orang yang bisa buat kamu tersenyum di hari spesial
kamu.
HAPPY BIRTHDAY YA… J
Hadiah yang aku kasih buat kamu mungkin tidak seberapa bahkan
mungkin tidak ada harganya. Akan tetapi, setidaknya aku ikhlas kasih itu buat
kamu. Aku berharap semua itu akan ngingetin kamu tentang aku. Mungkin aku
terlalu berharap lebih. Tapi sejak kenal kamu, aku merasa ada yang berbeda
dengan diri aku.
Entah perasaan apa ini tapi satu hal yang aku tahu adalah aku
jatuh cinta sama kamu sejak pertama kita bertemu. Aku tahu dari Dian kalau kamu
sudah punya pacar, tapi aku tidak tahu perasaan itu hadir begitu aja dalam hati
aku. Dan setelah selama ini kita saling komunikasi, semua itu buat aku jadi
yakin dengan perasaan aku ke kamu.
Aku tahu mungkin aku keterlaluan bilang ini semua sama kamu
mengingat kamu sudah punya pacar. Tapi yang perlu kamu tahu, aku kasih kado itu
dengan sejuta makna.
Seperti boneka, aku
berharap aku selalu menemani kamu disaat senang atau sedih.
Bingkai dengan foto
kita berdua, memiliki makna kalau sampai kapanpun baik di masa lalu atau masa
yang akan datang, aku akan kasih kenangan yang indah buat kamu.
Dan setangkai mawar
merah yang berarti AKU
CINTA SAMA KAMU .
By: Arie
“Dian... Esi… Aku mesti gimana sekarang? Aku sayang sama
Arie, tapi aku gak bisa nyakitin Aries. Kalian tahu sendiri gimana baik dan
perhatiannya Aries sama aku. Aku gak mau jadi kenangan buruk buat dia, tapi
gimana dengan perasaan aku??? Aku sayang ama Arie… Aku cinta sama dia… Aku
mesti gimana?” tangisku tersedu.
“Aku tahu gimana perasaan kamu dan ini semua juga salahku karena sudah ngajakin
kamu mudik ke tempatku dan ketemu Mas Arie. Aku bener-bener gak nyangka kalau
semua bakalan berkembang sejauh ini. Ya udah mendingan sekarang kamu tenangin
diri kamu dulu, kamu yakinin hati kamu siapa yang memang terbaik untuk kamu dan
hati kamu,” jelas Dian.
“Iya… Aku juga yakin kamu bisa milih mana yang terbaik buat kamu, dan kita
berharap itu semua bukan keputusan karena ego kamu, melainkan itu keputusan
bener-bener dari hati kamu,” tambah Esi.
“Thanks ya teman, aku gak bisa bayangin kalau gak ada kalian, mungkin aku kayak
seonggok tulang yang tak tahu arah dan tujuan. Kalian memang sahabat
terbaikku,” isakku dalam tangis.
Hari-hari pun berlalu tanpa mengenal galau di hatiku. Di senja
pertengahan Oktober 2008, kutemukan diriku bersama dengan kedua orang yang
sempat aku jauhi. Mereka benar-benar menggores luka serta menyita hati dan
pikirannku. Akhirnya dengan keputusan yang kuat dari dalam hati dan dukungan
dari Bunda serta kedua sahabatku, aku memutuskan untuk tidak memilih mereka
berdua. Karena aku tidak mau membuat salah satu diantara mereka sakit dan
terluka.
Aku pikir dengan keputusanku ini kisah cinta pertamaku akan berakhir disini
akan tetapi, dugaanku salah. Setiap hari mereka tidak henti-hentinya SMS dan
memintaku mempertimbangkan keputusanku. Hingga seringkali aku menemukan
seseorang yang selalu memperhatikanku dari kejauhan dan aku yakin itu pasti
salah satu diantara mereka. Akan tetapi, aku tidak begitu mempedulikannya
karena sekarang aku sudah mulai kencan rutin dengan soal-soal untuk Ujian
Nasional. Dan kini pikiranku juga mulai tersita oleh berbagai aktivitasku yang
sibuk menjelang Ujian Nasional meskipun itu masih 4 bulan lagi. Tapi dengan
begitu aku bisa mengontrol hati dan pikiranku kembali.
***
Ketika senja bertabur jingga mentari, aku duduk di teras rumah dan aku
merasa hampa menyusup hatiku dikala itu. Sekuat apapun aku mencoba
melupakan sosok Arie dan membunuh bayangannya dalam hati dan pikiranku ssemakin
nyata ia hadir dalam lingkup dunia kecilku. Hingga akhirnya tanggal 21 Januari
2008, pada malam berselimut cahaya emas rembulan, aku jadian dengan Arie.
Betapa lengkap kisah cinta remajaku hingga aku merasa dunia hanya milik berdua
dan yang lainnya ngontrak. Hari-hariku begitu bewarna dan semua itu membuatku
benar-benar bahagia.
Itulah perasaan sepasang remaja pada awal pacaran, tapi sayangnya itu tidak
berlanjut untuk bulan-bulan berikutnya. Dan tanggal 21 April 2008 yang
bertepatan dengan hari jadianku ketiga bulan, Arie memutuskan aku. Itulah
untuk pertama kali aku merasa hatiku hancur sekeping-kepingnya.
“Apakah ini karma buat aku karena selama ini aku udah sia-siain
cowok yang sayang tanpa syarat kepadaku,” tanyaku dalam hati.
Semua kisah yang terajut bersama Arie begitu sulit untuk dihapus
di dalam memoriku. Seperti singa yang jatuh cinta pada domba, begitu
menyakitkan dan singa yang suka menderita. Itulah sepenggal kalimat yang mampu
mengungkap desah pilunya hatiku.
Dan semenjak itu waktu pun berlalu begitu lambatnya. Tapi kini aku
bukan lagi seorang siswi SMP melainkan siswi dari SMA Negeri 3 Metro. Semua
kisah cinta yang aku alami selama ini menjadi pelajaran yang berharga buat aku.
Dan dengan pengalaman tersebut aku melukiskannya pada sebuah puisi yang
membuatku mendapatkan juara 3 dalam kontes membuat puisi tingkat SMA. Puisi
tersebut adalah…..
BINGKAI KELABU
Ku intip
celah langit
Yang tak
lagi melukiskan cahaya jingganya
Perlahan….
Bayang-bayang kelam pun mulai berarak
pada
pijakan ragaku
Menyelimuti
seonggok tulang yang terbungkam bisu
Malam
jatuh…
Menyapa
seruas jiwa yang rapuh
Membalut
luka yang tertanam kelu
Pada
sayatan batinku
Ruah
menujah dada keringku
Jiwaku
meronta menahan perih yang mendera
Membuatku
terpuruk dalam kesendirian kisah
Di sudut
penggalan masa lalu
Persetan…‼!
Aku muak
dengan senyuman tak berdosamu
Kau…Bagaikan
raga tak bernyawa
Menyusupkan
belati di sela gumpalan daging
Dan
perlahan menorehkan luka
Apa
salahku…
Hingga kau
hempaskan badai derita
Di setiap
tapak pijakku
Yang
begitu jauh dari senyum bahagiaku
Ya
Allah…Aku penyerumu…
Yang
menanggalkan cinta pada insan ciptaan_Mu
Yang Kau
tahu…Telah menyayat lembaran masa lalu
Yang
terkubur bisu dalam bingkai kelabu
Di
kerlingan bintang yang menatap sayu
Gejolak
jiwaku merintih menahan perih
Terlukis
semu bayangan indahmu
Menghujam
batin di relung sepiku
Ku coba
menakar senja di mata usia
Di mana
setitik embun bahagia menyapa
Kan ku
telusuri waktu di tepian duka
Melukis
cinta dengan bianglala
Ya
Tuhanku…Disinilah batas kemampuanku
Ku coba
menapak senyuman yang lama terbelenggu
Meringkuk
pilu dalam naungan cinta_Mu
Yang
takkan lekang terkikis waktu
Itulah untuk pertama kalinya aku bangga dengan pengalaman perihku. Dan selama
tiga tahun di SMA aku mengalami siklus putus nyambung dengan Arie. Hingga
sekarang aku masih menjalin hubungan dengannya yang berjalan lima bulan. Aku
berharap dia menjadi cinta pertama dan cinta terakhirku. Karena aku sudah lelah
berpetualang. Akan tetapi, itu adalah rahasia Allah. Untuk itu 5 tahun yang
akan datang apakah yang terjadi semua masih menjadi rahasia_Nya.
*Selesai*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar